Kronologi Lengkap Bocah SD Jombang Buta Gegara Terlempar Kayu Saat Berada di Sekolah

SD Jombang
Caption: Sekolah tempat HD belajar, Sabtu (17/2/2024). Doc: Karimatul Maslahah/Metaranews.co

Metaranews.co, Kabupaten Jombang – Peristiwa nahas yang dialami HD (10), siswa kelas 4 SD Plus Darul Ulum, Jombang, Jawa Timur, yang terkena lemparan kayu dari AG (10), teman sekelasnya. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 9 Januari 2024 lalu.

Hal itu disampaikan oleh Kepala SD Plus Darul Ulum, Ike Sinta Dewi. Menurut Ike, peristiwa yang dialami HD, terjadi saat pergantian jam pelajaran.

Bacaan Lainnya

“Itu terjadi memang saat pergantian jam ya. Di mana jam sebelumnya itu anak-anak kegiatannya di bawah, di tidak di kelas, di ruang makan. Nah ketika pelajaran mau akan selesai, guru memerintahkan yang sudah selesai kembali ke kelasnya,” kata Ike, Sabtu (17/2/2024).

Pada jam pelajaran berikutnya, sambung Ike, guru muatan local, Diniyyah, memang berada di lantai dua, dan sedang menuju ke kelas 4B.

“Kan membutuhkan waktu, karena beda lokasi, tetapi intinya guru datang tidak tepat waktu lah, sampai ke kelas,” ujarnya.

Lantaran guru tak tepat waktu di kelas, Ike menyebut para pelajar yang menunggu gurunya datang sebagian ada yang bermain di dalam kelas.

“Menunggu gurunya datang itu, ada yang bermain kartu, dan ada yang bermain bola. Bola tidak ditendang, tapi pakai tangan, dengan kayu,” tuturnya.

Setelah bermain bola dengan kayu, lanjut Ike, kayu yang dipegang AG patah dan terlempar ke arah HD.

“Kayunya patah, patahannya terlempar, terkena mata temannya. Dia (HD) tidak ikut bermain dia. Cuman nonton temannya main kartu. Seperti yang disampaikan teman-temannya yang ada di situ,” kata Ike.

Karena tidak ada guru di dalam kelas 4B, HD yang kesakitan kemudian dipapah oleh temannya menuju ke ruang UKS yang ada di lantai bawah.

“Karena memang tidak ada guru tadi ya. Jadi anak-anak yang memapah ke UKS, dan UKS-nya berada di sebelah ruangan saya (Ruang Kepsek),” ujarnya.

Sesampainya di UKS, yang tampak pada HD memang terdapat luka di bawah kelopak mata, dan akhirnya guru memberi pertolongan pertama dengan memberikan obat anti luka.

“Yang tampak memang ada luka luar, d ibawah mata, dan guru memberikan pertolongan pertama, diberikan betadine. Kemudian anak ini juga ditenangkan, dipijit pakai minyak kayu putih, bahkan sempat disuapain, makan siang,” tuturnya.

Ia menyebut setelah jam pulang sekolah, HD pun pulang ke rumah. Namun ia mendapat kabar dari orang tua HD, bahwa setelah pulang ke rumah, HD masih mengeluhkan rasa sakit pada bagian matanya.

“Setelah pulang, saya tahunya dapat kabar dari ayahnya (HD), bahwa ananda yang sudah dibawa pulang ternyata masih sakit matanya, dan dibawa ke IGD RSUD Jombang,” kata Ike.

Sementara itu, Erna Widyawati (43), orang tua HD menyebut usai pulang dari sekolah, anaknya tidak langsung dibawa pulang, namun langsung dilarikan ke IGD RSUD, dengan masih menggunakan seragam sekolah.

Hal ini dilakukan lantaran HD sudah tak sanggup menahan sakit mata yang dialaminya, usai terkena lemparan kayu dari teman sekelasnya.

“Saya tahunya anak saya di UKS dari teman saya yang biasa jemput anak saya. Saat saya mau berangkat teman saya telepon ngasih kabar kalau anak saya nangis gemetaran, dan saya juga sempat video call dengan teman saya untuk mengetahui kondisi anak saya,” ujar Erna.

Setelah mengetahui mata anaknya terluka, ia kemudian menghubungi temannya menjadi dokter di IGD RSUD Jombang. Selanjutnya HD dilarikan ke IGD RSUD Jombang untuk menjalani pemeriksaan dokter.

“Saya kirim foto anak saya ke teman saya, terus disuruh membawa ke IGD RSUD Jombang. Setelah itu jam satu saya gendong anak saya ke IGD,” tuturnya.

Sesampainya di IGD RSUD Jombang, HD kemudian diperiksa oleh dokter umum, dan pihak dokter menyarankan agar HD diperiksa oleh dokter ahli mata. Karena terdapat pendarahan di mata HD.

“Sampai di IGD mereka bilang ada pendarahan, terus ada pembesaran bola mata atau apa gitu, karena matanya itu kan bengkak, dan dokter umum bilang kalau enggak bisa melakukan tindakan, karena lukanya ada di area mata, harus menunggu dokter mata,” katanya.

“Sekitar pukul 15.30 WIB datanglah dokter ini, terus diperiksa dan memang dinyatakan ada pendarahan di mata, dehingga harus menjalani rawat inap. Langsung rawat inap mulai tanggal 9, 10, 11, sampai 12,” bebernya.

Selama menjalani perawatan di RSUD Jombang, pendarahan di luar mata itu bisa sembuh dan hilang. Tetapi pendarahan yang ada di dalam mata membuat HD kehilangan penglihatannya.

“Diobati di RSUD itu pendarahan, yang di luar itu diobati dan hilang, tapi anak saya enggak bisa melihat. Saat dikasih tebakan, ini angka berapa, dalam jarak satu meter dia enggak bisa melihat, yang terlihat hanya gelap dan rasa sakit di mata, sampai menangis anaknya, karena tak bisa melihat saya,” sebutnya.

Setelah itu, Erna mengaku mengobatkan HD ke Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya secara mandiri, tanpa bantuan biaya dari pihak sekolah maupun dari pihak keluarga AG.

“Upayanya langsung saya periksakan ke Rumah Sakit Mata Undaan di Surabaya. Karena harapan saya, anak saya bisa sembuh. Saya sendiri yang mengobatkan, biayanya sampai Rp 25 juta,” aku Erna.

Adapun HD sudah menjalani operasi mata yang pertama pada 5 Februari 2024, dan dari hasil operasi tersebut HD kini penglihatannya masih belum sembuh, dan kemampuan melihat mata kanannya hanya 20 persen.

“Untuk saat ini anak saya untuk tensi bola matanya sudah stabil. Tapi masih memerlukan perawatan obat-obatan, yang tidak boleh lepas, setelah operasi tanggal 5 kemarin, tetapi retina masih tetap (rusak), penglihatannya masih belum pulih, tinggal 20 persen,” ujarnya.

Pos terkait