Waspada! Kasus Chikungunya Kembali Merebak di Kabupaten Kediri

Chikungunya Kediri
Caption: Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Kediri, Bambang Triyono Putro, saat diwawancarai METARA, Sabtu (19/4/2025). Doc: M Nasrul/Metaranews.co

Metaranews.co, Kabupaten Kediri – Kasus chikungunya kembali merebak di Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Untuk itu, warga Kabupaten Kediri, khususnya warga Kecamatan Ngasem, diimbau untuk kembali mengintensifkan program 3M Plus.

Program 3M Plus merupakan akronim dari Menguras, Menutup, dan Mengubur tempat penampungan air, yang ditambah dengan langkah-langkah pencegahan tambahan (Plus) sebagai upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Bacaan Lainnya

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kediri mencatat hingga pertengahan April 2025 ada sebanyak 15 kasus baru chikungunya.

Jumlah kasus baru di bulan April ini hampir menyamai total kasus baru di bulan Maret yang mencapai 17 kasus.

Jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2024, terjadi peningkatan dua kasus, di mana total kasus pada April tahun lalu hanya 13.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Kediri, Bambang Triyono Putro, membenarkan adanya tren kenaikan kasus chikungunya setelah sempat mengalami penurunan.

“Memang ada kenaikan, tapi tidak secara signifikan,” kata Bambang, Sabtu (19/4/2025).

Menurut Bambang, kenaikan kasus baru ini merupakan hal yang wajar mengingat perubahan iklim dan cuaca sangat mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk.

Bambang menjelaskan, tren kasus chikungunya tertinggi di tahun 2025 ini tercatat pada bulan Januari dengan total 56 kasus.

Jumlah tersebut kemudian menurun menjadi 20 kasus di bulan Februari, lalu 17 kasus di bulan Maret, hingga pertengahan April ini dengan 15 kasus.

Lebih lanjut, Bambang mengungkapkan bahwa pusat penyebaran kasus chikungunya saat ini berada di Kecamatan Ngasem.

Dengan demikian, Kecamatan Ngasem dapat dikategorikan sebagai wilayah yang rawan terjangkit chikungunya.

Kepala Puskesmas Ngasem, Ria Rohmatul Karimah, menjelaskan bahwa langkah antisipasi sebenarnya telah dipersiapkan sejak awal tahun 2025.

Misalnya pada bulan Januari lalu, pihak Puskesmas Ngasem telah berkoordinasi dengan seluruh lintas sektor dan unsur Forkopimcam, untuk menghadapi musim hujan dengan lebih siap.

“Karena perlakuan untuk DBD dan chikungunya itu kan sama-sama disebabkan virus, dengan vektor nyamuk yang serupa. Makanya kami lakukan sosialisasi di awal, agar masyarakat bisa lebih paham dan aktif dalam penanggulangan,” terang Ria.

Sementara itu, salah seorang warga Desa Karangrejo, Kecamatan Ngasem, Nyonik, menceritakan pengalamannya terjangkit chikungunya

Nyonik mengaku mulai merasakan gejala sekitar 7 atau 8 April 2025, tidak lama setelah Hari Raya Lebaran.

Awalnya, ia mengira hanya kelelahan biasa. Namun pada malam harinya muncul bentol-bentol dan demam tinggi.

“Bangun tidur itu benar-benar enggak bisa ngapa-ngapain. Badan ngilu banget, panas, dan persendian terasa linu. Untuk berdiri dan duduk, saya harus dibantu,” kenangnya.

Setelah berobat ke klinik dan beristirahat selama beberapa hari, kondisinya perlahan membaik. Kini ia sudah bisa beraktivitas meskipun sesekali masih merasakan ngilu.

Pos terkait