10 Anak di Jatim Per Hari Lakukan Cuci Darah Akibat Gagal Ginjal

cuci darah
ikustrasi untuk anak yang melakukan cuci darah akibat gagal ginjal (freepik)

Metaranews.co, News – Ada sekitar 8-10 anak di Jatim harus menjalani cuci darah atau hemodialisis akibat gagal ginjal setiap harinya.

Ini berdasarkan data dari Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur. Adapun mereka harus menjalani cuci darah sebanyak dua kali dalam satu pekan.

Bacaan Lainnya

“Untuk cuci darah itu ada 8-10 anak per harinya,” dr. Sjamsul Arief Ketua IDAI Jatim.

Lebih lanjut, Sjamsul menyebut data secara komprehensif soal kasus gagal ginjal ada pada RSUD dr. Soetomo Suarabaya.

Meski demikian, Ketua IDAI Jatim itu juga menyatakan, angka 8-10 anak perhari itu bukanlah lonjakan kasus yang signifikan di Jatim. Untuk itu tidak perlu dibesar-besarkan.

“Datanya ada di (RSUD) Soetomo sendiri. Gagal ginjal jangan dibesar-besarkan, di sini (Jatim) gak ada peningkatan signifikan,” tuturnya.

Sebagian penyebab kasus gagal ginjal pada anak banyak dipengaruhi oleh pola hidup. Namun, Sjamsul juga menyebut bahwa kasus gagal ginjal ada yang diakibatkan penyakit ginjal bawaan oleh anak, jumlahnya sekitar 80 persen.

“Penyebabnya penyakit ginjal 80 persen, ada infeksi kronis, lupus, nefotrik sindrom, juga ada penyakit metabolisme,” katanya.

Ketua IDAI Jatim itu tetap berpesan supaya orang tua lebih memperhatikan makanan yang dikonsumsi anak.

“Yang siap saji, mie instan. Itu terutama, nggak baik untuk ginjal. Garamnya tinggi, tepungnya, pengawet juga zat yang nggak baik,” tandasnya.

Semnetara itu, dr. Erwin Astha Triyono Kepala Dinas Kesehatan Jatim mengatakan, metode pencegahan di awal merupakan cara terbaik untuk meminimalisir kasus gagal ginjal pada anak.

Artinya, semua pihak terutama orangtua memiliki peran penting memberikan edukasi pola hidup sehat kepada anak.

“Yang terpenting preventif dan promotif,” kata Erwin.

Ia juga meminta kepada orangtua yang sedang merawat anak pasien gagal ginjal, agar tidak diobati sendiri. Sebab, penangannya harus memerlukan tindakan medis dari dokter.

“Kita dorong masyarakat untuk tidak mengobati sendiri. Kalau bisa ke dokter lah. Jangan sampai terjadi hal-hal yang seperti itu,” ungkapnya.

 

Pos terkait