8 Fakta Kematian Santri Ponpes Al Hanifiyah Kediri, Korban Sempat Minta Jemput Keluarga karena Ketakutan

Ponpes Al Hanifiyah Kediri
ilustrasi kasus penganiayaan (Freepik)

Metaranews.co, News – Kasus kematian santri Ponpes Al Hanifiyah Kediri, Jawa Timur menghebohkan jagat dunia maya. Psalnya, santri berusia 14 tahun tersebut tewas lantaran ada dugaan penganiayaan dari 4 seniornya.

Sejumlah kejanggalan pun tampak dalam kematian santri yang berasal dari Banyuwangi ini. Terlebih, pihak Ponpes Al Hanifiyah Kediri dinilai lepas tangan atas kematian salah satu santrinya tersebut.

Bacaan Lainnya

Hal tersebut membuat pihak keluarga membawa kasus ini ke jalur hukum. Lantas, apa saja fakta-fakta yang terungkap atas kematian santri tersebut? Simak selengkapnya di bawah ini.

Fakta Kematian Santri Ponpes Al Hanifiyah Kediri

1. Memohon dijemput ibunya karena ketakutan

Ibunda korban santri bernama Bintang Bilqis Maulana menyesalkan kematian sang anak. Sebelum meninggal, putranya sempat meminta untuk dijemput lantaran merasa ketakutan.

Hal itu terlihat dalam tangkapan layar percakapan antara Suyanti dan sang anak. Sayangnya, jawaban sang ibu tak terduga. dan sempat menawarkan akan memberi sejumlah uang kepada sang anak agar tak memaksa untuk pulang.

“Cepet ma sini,” tulis BB yang memohon kepada sang ibu.

“Gak kasian sama umak,” jawab Suyanti.

“Aku takut,” jawab BB kepada Suyanti.

Pada akhirnya, Suyanti tidak bisa menjemput sang putra, dan malah mendapatkan kabar dari pihak ponpes bahwa anaknya sudah meninggal dunia.

2. Pihak keluarga dilarang membuka kain kafan oleh pihak ponpes

Kepergian Bintang Bilqis Maulana membuat Suyanti dan pihak keluarga syok. Terlebih, pihak ponpes justru melarang keluarga membuka kain kafan ketika mengantarkan jenazah ke rumahnya di Karangharjo, Banyuwangi.

Tentu saja, larangan tersebut membuat pihak keluarga semakin curiga. Apalagi, di kain kafan korban terlihat adanya bercak darah. Hal inilah yang kemudian membuat pihak keluarga memaksa untuk membuka kain kafannya.

3. Penuh luka dan wajah hancur

Ketika membuka kain kafan korban, keterkejutan pihak keluarga semakin bertambah. Pada tubuh korban ditemukan banyak luka disertai lebam. Bahkan, wajah korban juga terlihat hancur dan ditemukan juga sundutan rokok di tubuh korban.

Temuan tersebut tentu saja membuat pihak keluarga sangat murka. Mereka langsung melaporkan kematian Bintang Bilqis Maulana ke kepolisian, serta menuntut pihak ponpes memberitahu kejadian sebenarnya.

4. Ponpes ternyata belum memiliki izin

Pihak Kemenag Jawa Timur pun mengungkap bahwa Ponpes Al Hanifiyah ternyata belum memiliki izin pesantren.

“Bahwa korban belajar di Pondok Al-Hanfiyyah. Keberadaan pondok tersebut belum memiliki izin pendirian pondok pesantren,” jelas Kepala Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kanwil Kemenag Jawa Timur, Mohammad As’adul Anam, Selasa (27/2/2024) dikutip dari metaranews.co.

5. Pihak Ponpes diduga lepas tangan

Pihak keluarga juga sangat marah dengan sikap pihak ponpes. Pasalnya, pihak ponpes hanya mengantarkan jenazah korban tanpa meminta maaf, ataupun menawarkan tindak lanjut sebagai penyelenggara pendidikan.

Pihak ponpes juga diduga berusaha menutupi kasus kematian santrinya tersebut karena masih banyak santri yang bersekolah di sana. Tak sampai di situ, pihak ponpes bahkan hanya mengatakan alasan kematian Bintang karena terjatuh di kamar mandi.

6. Hotman Paris turun tangan usai mendengar aduan sang ibu korban

Berusaha untuk memperjuangkan keadilan atas kematian sang putra, ibunda korban lantas meminta bantuan tim pengacara kondang Hotman Paris untuk mengusut kasus ini.

“Saya membutuhkan pendamping yang benar-benar membela anak saya untuk menguak kebenaran tentang proses hukum yang seadil-adilnya. Saya meminta beliau bapak Hotman untuk mendampingi,” ungkap Suyanti pada Selasa (27/2/2024).

Pihak Hotman Paris pun langsung menghubungi Suyanti dan meminta informasi lengkap mengenai identitasnya dan sang anak, serta kronologi kejadian.

7. Empat santri jadi tersangka

Kasus kematian santri Ponpes Al Hanifiyah Kediri itupun menarik perhatian publik. Polsek Kediri akhirnya mengusut kasus kematian santri yang diduga menjadi korban penganiayaan beberapa seniornya di Ponpes Al Hanifiyah.

Usai melakukan olah TKP, pihak Polres menangkap empat orang santri yang diduga menjadi pelaku penganiayaan terhadap BB. Mereka adalah MN (18) asal Sidoarjo, MA (18) asal Nganjuk, AF (16) asal Denpasar dan AK (17) asal Surabaya.

“Minggu malam tadi kami telah mengamankan 4 orang santri dan sudah kita tetapkan sebagai tersangka. Kita juga lakukan penahanan untuk proses penyidikan lebih lanjut,” ujar Kapolres Kediri Kota AKBP Bramastyo Priaji, Senin (26/2/2024).

8. Diduga Dipicu Kesalahpahaman

Dari hasil pemeriksaan sementara, diduga penganiayaan terhadap Bintang dipicu karena kesalahpahaman. Namun, hal ini masih didalami lebih lanjut oleh kepolisian.

“Motif diduga karena kesalahpahaman antara anak-anak pelajar. Jadi antara mereka mungkin ada salah paham kemudian terjadi penganiayaan yang dilakukan berulang-ulang,” kata Kapolres Kediri Kota AKBP Bramastyo Priaji.

Sementara itu, terkait tindakan para tersangka dalam menganiaya korban, Bramastyo menyebut pihaknya masih berkoordinasi dengan rumah sakit di Banyuwangi yang menerima jenazah Bintang.

Sebelumnya diberitakan, Seorang santri Pondok Pesantren PPTQ Al Hanifiyyah di Mojo, Kediri, Jawa Timur bernama Bintang Balqis Maulana (14) meninggal dunia karena diduga dianiaya oleh rekannya.

Santri asal Kampung Anyar, Kendenglembu, Karangharjo, Glenmore, Banyuwangi ini dipulangkan kepada keluarganya dalam keadaan tak bernyawa dan tubuhnya penuh lebam serta luka robek.

 

 

 

penulis : adinda

Pos terkait