Perang Sarung, Jadi Tradisi di Bulan Ramadan yang Mengasyikkan, Kini Mengkhawatirkan

Fenomena Perang Sarung
Ilustrasi perang sarung. (Sumber foto by Instagram)

Metaranews.co, News – Perang sarung identik dengan bulan Ramadan. Bahkan, kegiatan ini seolah sudah menjadi sebuah tradisi yang diturunkan.

Jika mendengar namanya, perang sarung, bukanlah sebuah perang yang ada di pikiran. Seperti tembak menembak, bom, maupun nuklir.

Bacaan Lainnya

Perang ini hanya sebatas ‘guyonan’ yang dilakukan anak-anak untuk menghibur di saat bulan Ramadan. Biasanya, permainan ini dilakukan setelah salat subuh.

Zaman dulu perang sarung dikaitkan dengan permainan kejar-kejaran, tebasan sarung ke arah musuh diikuti dengan teriakan, “pukul, pukul”.

Satu kelompok anak laki-laki berkelahi dengan kelompok anak laki-laki lainnya setelah ibadah. Lengkapi dengan hitungan 1-0, 1-1, dan seterusnya.

Konteks perang ini tidaklah menakutkan. Hanya dengan menggunakan sarung yang ujungnya diikat maupun tidak, kemudian disabetkan ke teman sejawat.

Meskipun begitu, belum ada catatan sejarah yang menuliskan kapan pertama kali tradisi permainan ini dimulai. Namun, menurut Ketua Komunitas Pusaka Tjimahi, Machmud Mubarok, perang sarung sudah ada sejak tahun 1980-an.

Awalnya perang sarung itu hanya lelucon.  Karena sarung yang digunakan sama sekali tidak dipadukan dengan benda berbahaya.

“Dulu disebut ucing babuk (pukulan kucing), memang sarung sama yang diikatkan di ujung untuk memukul lawan. Cuma tidak kriminal seperti sekarang,” jelas Machmud melansir Suara.com, Sabtu  (1/4/2023).

Machmud mengatakan, dulu perang menggunakan sarung murni hanya sebatas candaan anak-anak saat menunggu salat tarawih.

Perang sarung dulu sangat mengasyikkan, masa kecil tidak akan begitu menyenangkan jika belum pernah mencoba permainan ini.

Namun, asiknya permainan ini seketika berubah menjadi mencekam, seolah mengikuti perkembangan zaman. Permainan yang dulunya hanya untuk hiburan, kini berubah menjadi kekhawatiran.

Bagaimana tidak, beberapa hari terakhir, kasus tawuran dengan cover ‘perang sarung sedang booming di beberapa wilayah.

Pihak kepolisian pun selama bulan Ramadan ini harus bekerja lebih ekstra untuk mengamankan beberapa remaja yang terlibat tawuran tersebut.

Sarung yang dulunya menjadi alat pelengkap permainan, masih digunakan, namun ditambah dengan ornamen penghias lainnya seperti batu maupun senjata tajam.

Pihak kepolisian pun turun tangan mengamankan aksi remaja yang memanfaatkan momentum bulan Ramadan ini untuk tawuran.

Seperti di Jawa Timur, beberapa kasus perang sarung, begitu meresahkan masyarakat. Puluhan remaja bahkan harus digelandang ke kantor polisi untuk diamankan.

“Patroli dilakukan untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat karena maraknya perang sarung yang meresahkan warga,” kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Dirmanto,

Dirinya menuturkan, beberapa jajaran Polres telah melakukan patroli dan menangkap remaja yang terlibat tawuran sarung. Di antaranya Polrestabes Surabaya, Polsek Pelabuhan Tanjung Perak, dan Polsek Ponorogo.

Para remaja yang ditangkap karena terlibat tawuran sarung dibina dengan berbagai cara. Seperti yang dilakukan Polres Wonocolo. Puluhan remaja yang diamankan dibina dengan diikutsertakan di pesantren kilat.

Peristiwa ini juga terjadi antar kelompok remaja terjadi menjelang subuh di hari kedua puasa. Para remaja tersebut dikabarkan sempat adu sarung di Jalan Raya Kampus Unesa, Lidah Wetan, dan Jalan Dharmawangsa.

“Iya benar ada dua kejadian perang sarung (pagi tadi),” kata Kepala Satpol PP Surabaya Eddy Christijanto.

Perang sarung ini juga terjadi di Jalan Dharmawangsa, Komando Taruna mendapat laporan pada pukul 02.00 WIB.

Ada 3 pelaku yang ditangkap dan dilukai.  Mereka berinisial N (18) warga Gang Jambangan 10, F (15) warga Mulyorejo Barat, dan H (17) warga Sidoarjo. Ketiganya kemudian mendapat perawatan medis dari PMI.

Selanjutnya, ketiga pelaku langsung dijemput oleh unit Jatanras Polrestabes Surabaya untuk pemeriksaan lebih lanjut atas keterangannya.

Sedangkan barang bukti yang diamankan berupa 1 sepeda motor, 2 handphone, 1 KTP (tidak sesuai dugaan pelaku), 1 kain sarung yang ujungnya diikat, 1 pipa besi.

Di Gresik juga sama, tujuh remaja di Gresik yang mencari lawan dengan menyalakan petasan ditangkap.

“Tujuh remaja ini mencari lawan perang sarung dengan berkeliling dan menyalakan petasan,” kata Kanit Reskrim Polres Gresik, Iptu Aldhino Prima Wildan, Rabu (29/3/2023).

Ia menjelaskan, 7 siswa SMP tersebut diamankan Satreskrim Polres Kebomas dengan bantuan warga setelah terjadi keributan antara dua kelompok remaja.

Sementara itu di Blitar, sebanyak puluhan remaja juga diamankan karena terlibat tawuran dengan cover serupa.

Aparat kepolisian di Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, menangkap sekitar 26 remaja yang hendak terlibat adu sarung atau tawuran sarung, Jumat (31/3/2023) sekitar pukul 03.30 WIB.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *