Dinkes Kabupaten Kediri Temukan 606 Kasus TBC dalam 4 Bulan Terakhir

Kediri
Caption: Acara peningkatan kapasitas Puskesmas, Klinik, dan Tempat Praktek Mandiri Dokter (TPMD) di Hotel Grand Surya Kediri, Selasa (30/4/2024). Doc: Anis/Metaranews.co

Metaranews.co, Kabupaten Kediri – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kediri mencatat tingginya temuan kasus Tuberkulosis (TBC) di wilayahnya.

Selama periode Januari – April 2024, Dinkes Kabupaten Kediri mencatat ada sebanyak 606 kasus TBC.

Bacaan Lainnya

Temuan kasus TBC tersebut lebih tinggi dibanding tahun 2023 pada periode yang sama, yang mana saat itu ada sebanyak 500 kasus.

“Empat bulan ini kita masih menemukan sekitar 606 kasus TBC. Kita target kan awal tahun 2024 kita punya hampir 3.800 kasus,” ujar Kasi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Kabupaten Kediri, Retno Handayani, di acara peningkatan kapasitas Puskesmas, Klinik, dan Tempat Praktek Mandiri Dokter (TPMD) di Hotel Grand Surya Kediri, Selasa (30/4/2024).

Retno menyampaikan, dari ratusan kasus TBC yang terdeteksi itu masih sebagian kecil di antaranya yang melakukan pengobatan. Dari jumlah kasus TBC tersebut yang melakukan pengobatan hanya sekitar 200 pasien.

Menurut Retno, minimnya pengobatan yang dilakukan oleh pasien TBC karena putus obat resep dari dokter. Banyak pasien yang sedang melakukan pengobatan, sudah merasa baikan dan tidak lagi konsumsi obat.

Padahal, obat TBC yang diresepkan oleh dokter harus diminum selama enam bulan rutin tidak boleh terputus.

“Ketika berobat ke dokter sekali saja sudah enak dia enggak melanjutkan. Mereka merasa bahwa kalau sudah enak itu ya sudah, padahal di fase pertama itu hanya enam bulan,” jelasnya.

Retno melanjutkan, pihaknya akan terus meningkatkan screening kasus TBC dengan melibatkan pihak Puskesmas, Klinik, dan TPMD.

Sejauh ini, kata Retno, yang menjadi kendala screening yakni kebanyakan pasien merasa malu atau enggan berobat ke Puskesmas atau rumah sakit karena mempunyai gejala TBC.

Pasien seringkali lebih nyaman konsultasi ke dokter praktik.

“Semakin banyak yang diobati, maka penularannya juga semakin menurun,” pungkasnya.

Pos terkait