Melihat Kirab Budaya Dorok di Kepung Kediri, Ajang Kenalkan Potensi Desa Wisata

Metaranews.co, Kabupaten Kediri – Datangnya bulan Suro merupakan momentum yang tepat bagi masyarakat Jawa untuk menggelar tradisi dan ritual.

Hal itu seperti yang dilakukan warga Dusun Dorok, Desa Manggis, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri yang menghelat Kirab Budaya sekaligus jamasan pusaka di kawasan Candi Dorok, Minggu (30/7/2023).

Bacaan Lainnya

Nampak ratusan warga berpartisipasi dalam kegiatan kirab ini. Mereka berjalan iring-iringan dari gapura desa menuju Candi Dorok yang berjarak 1 Km.

Sementara yang dikirab ialah sebuah artefak berupa kemuncak candi, untuk dilakukan tradisi basuh di sana.

“Ini adalah Kirab Budaya Dorok yang kedua, usai tahun lalu kita mengadakan acara yang sama di waktu Suro,” ujar Ketua Panitia, Anton Sujarwo, Minggu (30/7/2023).

Anton menjelaskan, selain untuk menyambut datangnya bulan Suro, kegiatani ini sekaligus bertujuan mengenalkan potensi wisata dan budaya di desanya.

Hal itu karena Dusun Dorok memiliki cerita rakyat yang populer yakni tentang Patih Maudoro dari Kerajaan Majapahit.

“Berawal di era majapahit, yaitu era Dyah Ranawijaya. Pada waktu itu raja memiliki patih yang bernama Patih Maudoro,” tutur Anton.

“Suatu waktu, sang patih pergi berkelana sampai menemukan wilayah ini. Patih kagum karena jaman dulu warga yang berbeda kepercayaan dapat hidup rukun dan berdampingan. Patih Maudoro pun memilih tinggal. Kemudian setelah ia wafat, masyarakat menamai wilayah ini sebagai Dusun Dorok,” lanjut dia.

Anton menyebut, cerita tentang Patih Maudoro ini pernah masuk lima besar terbaik dalam festival cerita rakyat se-Kabupaten Kediri tahun lalu.

Maka dari itu, ia ingin agar cerita asal-usul Dusun Dorok ini semakin dikenal luas oleh masyarakat. Sekaligus menjadikan Desa Manggis, khususnya Candi Dorok sebagai kawasan wisata yang layak dikunjungi.

“Menurut cerita, dulu Candi Dorok adalah batas wilayah dua masyarakat yang berbeda agama, jadi Candi Dorok sudah ada sebelum Patih Maudoro datang,” tukas Jarwo.

“Harapannya, agar budaya-budaya ini dapat diuri-uri oleh generasi muda. Karena kirab budaya ini merupakan simbol kerukunan di Desa Manggis, sebagaimana dengan adanya keberagaman umat beragama di masyarakat, namun kami tetap hidup damai dan berdampingan,” tutupnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *