Petani Tomat di Kediri Merugi Gegara Serangan Hama Tikus

Petani Tomat Kediri
Caption: Petani tomat di Desa Susuhan, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri, Abdul Rochim (52), saat berada di sawah. Doc: Anis/Metaranews.co

Metaranews.co, Kabupaten Kediri – Petani tomat di Desa Susuhan, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, merugi. Sebab, hasil panennya tak maksimal setelah tanaman tomat terserang hama tikus.

Hal tersebut seperti dialami oleh Abdul Rochim (52), petani tomat setempat.

Bacaan Lainnya

Kepada Metaranews.co, Rochim menuturkan akibat serangan hama tikus ia mengalami kerugian hingga 75 persen. Di mana ia menanam tomat di lahan seluas 700 meter persegi.

“Kalau biasanya (hasil panen) bisa mencapai 1 kuintal, bahkan lebih dalam satu bulan. Namun ini hanya satu kali dalam satu bulan, dengan hasil panen 1,25 kuintal,” kata Rochim, Jumat (9/6/2023).

Rochim menduga serangan hama tikus itu terjadi akibat peralihan musim dari musim penghujan ke kemarau.

“Dari panen padi tidak ada tumbuhan lain mungkin. Sekitar umur berapa (tanaman tomat) sudah diserang (tikus),” jelasnya.

Namun Rochim enggan menyebut detail kerugian dampak serangan hama tikus yang dialaminya. Ia berdalih hal itu sudah menjadi risiko seorang petani.

“Ya pasti (dirugikan), tapi kan memang begitu,” sebutnya.

Senada dengan Rochim, Ketua Kelompok Tani Rukun Susuhan, Imam Syafii mengatakan, selain tomat, sejumlah tanaman pertanian lainnya di Susuhan juga turut terdampak serangan hama tikus.

“Tomat, semangka, gambas, dan brambang. Buahnya yang diserang,” ungkap Syafii.

Koordinator PPL Kecamatan Gampengrejo, Purba Atmaja menuturkan, serangan hama tikus tersebut tidak terlepas dari adanya bantaran sungai yang dekat dengan area persawahan.

“Luas lahan Susuhan kurang lebih 20-30 hektare, serangan tikus ada setiap musim. Karena di sini ada bantaran sungai, sehingga bnyak sekali tikus-tikus yang berkeliaran,” kata dia.

Atmaja pun mengaku agak kesusahan dalam pengendalian serangan hama tikus tersebut.

Untuk itu, Pihaknya menghimbau kepada para petani bersama-sama melakukan gerakan pengendalian dan pengamatan intensif.

“Solusinya ada bantuan obat di Dinas Pertanian. Kelompok tani bisa melaporkan untuk bantuan obat agar bisa disampaikan petani,” pungkas Atmaja.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *