Penjelasan Pakar Soal Temuan Gunung Bawah Laut di Pacitan

gunung
Salah satu gunung berapi di Indonesia. (Pexels)

Metaranews.co, Jawa TimurPenjelasan pakar geologi terkait temuan gunung bawah laut itu di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.

Tim survei dari Pusat Pemetaan Lingkungan Laut dan Pesisir (PKLP) Badan Informasi Geospasial (BIG), juga membenarkan adanya temuan gunung bawah laut di perairan selatan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur ini.

Bacaan Lainnya

Gunung ini sendiri berada di dasar laut dengan kedalaman sekitar 6.000 meter dan memiliki ketinggian sekitar 2.200 meter, dengan puncak gunung pada kedalaman sekitar 3.800 meter.

Penjelasan Pakar

gunung
Salah satu gunung berapi di Indonesia. (Pexels)

Menurut Dosen Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB) Mirzam Abdurrachman dikutip dari laman ITB, Rabu (22/2/2023), ia mengungkapkan bahwa gunung berapi di Pulau Jawa sangat erat hubungannya dengan subduksi di selatan.

Zona subduksi sendiri merupakan batas lempeng berupa tumbukan dengan salah satu lempeng masuk ke dalam perut bumi dan lempeng lainnya terangkat ke permukaan.

Menurut Mirzam, subduksi dimulai kurang lebih 55 juta tahun yang lalu. Ini menghasilkan magmatisme yang muncul ke permukaan sebagai gunung berapi yang membentang dari Jawa Barat hingga Jawa Timur.

“Secara sederhana, orang akan berpikir bahwa gunung berapi akan selalu memanjang dari barat ke timur. Namun, distribusi gunung berapi ini tidak sepenuhnya membentuk garis lurus,” katanya.

Munculnya gunung di selatan Pacitan merupakan dampak dari kompleksnya zona subduksi di selatan. Kompleksitas ini bersumber dari beberapa hal.

Yakni, laju penunjaman yang mencapai 6,7 – 7 cm per tahun, perbedaan umur lempeng yang masuk ke 3 bagian Pulau Jawa, hingga perbedaan komposisi kerak lapisan terluar Pulau Jawa.

Selain itu, lanjutnya, ada fenomena Roo Rise atau oceanic plateau (dataran tinggi di lautan).  Luas wilayahnya kurang lebih 25 ribu km2 dengan ketebalan rata-rata 15 km.

Hal ini menyebabkan palung mundur ke utara sejauh 60 km. Mundurnya palung ini adalah hasil dari Roo Rise yang memasuki Palung Jawa 1,1 atau 1,3 juta tahun yang lalu.

“Masuknya Roo Rise ke palung menyebabkan gangguan yang menimbulkan tonjolan dari Jawa Timur ke selatan Lombok yang ditafsirkan sebagai gunung laut (pada gambar di bawah ditunjukkan dengan angka 1-5),” demikian keterangan Mirzam.

Termasuk Gunung Berapi?

Dia mengungkapkan bahwa Roo Rise yang memasuki palung akan dibelah sebagian.  Beberapa lempeng (lempengan) yang bertemu dengan lempeng-lempeng di pulau Jawa akan menyebabkan sebagian dari roo rise (pecahan buoyant roo rise).

Hal itu, kata Mirzam, menyebabkan tonjolan dan membuat sebagian lempeng masuk ke dalam.  Bagian dari lempengan yang masuk akan menentukan apakah gunung itu berbahaya atau tidak.

Dikatakannya, lempengan yang masuk masih cukup dangkal (10-15 km).  Hal ini menyebabkan “gunung berapi” di Pacitan tidak seperti potensi gunung api aktif di Jawa pada umumnya.

“Lempengan yang baru saja mulai mencair itu tidak berada di kedalaman 10-15 km. Ini bukan tempat yang ideal. Kedalaman yang ideal untuk mencairkan lempeng samudera adalah di kedalaman 120-180 km seperti gunung-gunung lain di Jawa.  Pulau,” katanya.

Ciri-ciri yang menandakan adanya gunung berapi, seperti adanya panas, merupakan hasil dari dua lempeng yang bertabrakan di zona akresi (area tumbukan tempat lempeng menukik di bawah bumi).

“Jadi secara teori seharusnya [Gunung Laut Pacitan] posisinya bukan gunung api yang pasti kita pelajari, tapi morfologinya ini seperti kerucut gunung api, karena tadi ada gangguan, panas dari tumbukan, yang menghasilkan panas,”  dia menjelaskan.

Meski peluang gunung api itu meletus kecil, Mirzam tetap mewaspadai potensi bencana non-vulkanik.  Baginya, gundukan tinggi ini bisa menjadi tidak stabil dan menyebabkan longsor bawah laut.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *