Metaranews.co, Nasional – Ketua DPR RI, Puan Maharani belakangan digadang-gadang akan diusung di Pemilihan Presiden Tahun 2024. Tak hanya isu saja, Kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu saat ini sudah banyak memasang baleho besar di pelbagai daerah dengan slogan Puan For Presiden.
Dibalik popularitas dan ambisinya itu, anak dari Megawati Soekarno Putri tersebut rupanya punya banyak kontroversi yang cukup ramai menjadi bahan perbincangan masyarakat, bahkan menjadi bahan hujatan masyarakat.
Berikut beberapa blunder yang dilakukan Puan Maharani selama menjabat menjadi Ketua DPR RI:
Menyinggung Masyarakat Sumatera Barat
Ucapan Puan Maharani sempat melukai banyak masyarakat Sumatera Barat. Kejadian itu bermula saat Puan mengumumkan pasangan calon yang direkomendasikan maju di Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Barat 2020, yaitu politikus Demokrat Mulyadi dan Bupati Padang Pariaman, Ali Mukhni.
Dalam kesempatan itu, Puan sempat menyampaikan harapannya. “Semoga Sumatera Barat menjadi provinsi yang memang mendukung negara Pancasila, Bismillah,” katanya seperti dikutip Suara.com.
Ucapan itu menuai banyak komentar negatif, seketika banyak yang menilai pernyataan tersebut tidak sepatutnya dilontarkan seorang Puan Maharani, karena dengan ucapan itu, seolah warga Sumbar belum Pancasilais.
Tak hanya penilaian saja, Puan pada September 2020 sempat dilaporkan oleh sejumlah Pemuda dan masyarakat. Mereka yang melapor merasa ucapan Puan menyinggung perasaan masyarakat Minang.
Dua Kali Mematikan Mikrofon Saat Ada Interupsi Rapat Paripurna
Aksi kedua yang dianggap kurang baik oleh masyarakat adalah saat Puan Maharani mematikan Mikrofon dalam Sidang Paripurna saat ada seorang anggota dewan yang sedang memberikan interupsi. Kejadian tersebut terjadi pada November 2021 dan Mei 2022.
Pertama, Puan dianggap mengabaikan interupsi dari Fahmi Alaydroes, anggota DPR fraksi PKS ketika rapat di Gedung DPR RI, Senin (8/11/2021) lali. Kala itu, mereka sedang rapat pengesahan Jenderal Andika Perkasa sebagai Panglima TNI.
Fahmi mengajukan interupsi sesaat sebelum rapat ditutup. Meskipun sudah bersemangat dan meminta izin tapi Puan memilih untuk tidak memperhatikan Fahmi dan menutup rapat paripurna tersebut.
Anggota Fraksi PKS lain yang merasakannya yakni Amin AK. Ia mendapatkan perlakuan tersebut saat sedang memberikan interupsi terkait pengesahan RKUHP.
“Menjadi sangat penting untuk mengesahkan RKUHP yang di dalamnya mengatur soal tindak pidana kesusilaan secara lengkap, integral, dan komprehensif, meliputi perbuatan yang mengandung kekerasan seksual…” ujar Anggota Fraksi PKS, Amin AK sebelum suaranya tiba-tiba hilang karena mikrofon dimatikan.
Sebelumya, Puan memberikan waktu satu menit untuk Amin AK menginterupsi, namun nyatanya sang anggota dewan mengabaikannya hingga mikrofon dimatikan sebelum ia selesai berbicara.
Alasan Puan saat ditanyai terkait hal tersebut adalah lantaran sudah memasuki waktu salat Dzuhur.
Merayakan Ulang Tahun saat Demo BBM Berlangsung
Momen kontradiktif terjadi ketika DPR menggelar rapat khusus dalam rangka HUT ke-77 DPR pada Selasa, 6 September 2022. Rapat yang dihadiri secara fisik oleh 196 orang rupanya bersamaan dengan hari ulang tahun Ketua DPR, Puan Maharani.
Sementara, di luar gedung parlemen, massa dari unsur buruh berkumpul untuk mendemo kebijakan kenaikan harga BBM yang diumumkan pemerintah pada 3 September 2022 lalu. Sebelum melanjutkan rapat, tiba-tiba muncul pengumuman bahwa putri Megawati Soekarnoputri itu berulang tahun.
“Kami seluruh peserta sidang dan undangan mengucapkan selamat ulang tahun untuk Ketua DPR, Ibu Dr. Honoris Causa Puan Maharani. Semoga panjang umur, sehat dan sukses selalu serta dalam Allah SWT. Mari kita nyanyikan bersama lagu ulang tahun untuk Ketua DPR,” demikian pemberitahuan dari pembawa acara pada rapat kemarin.
Maka, sebelum memasuki rapat paripurna selanjutnya, mereka menyanyikan lagu “Selamat Ulang Tahun” dari band Jamrud. Tiga wakil ketua DPR dan anggota parlemen turut bertepuk tangan dan ikut mendoakan Puan di hari lahirnya.
Sontak, tindakan tersbut menuai banyak komentar masyarakat, sebab kondisi di luar kantor DPRRI sedang ada banyak mahasiswa yang ingin menyampaikan aspirasi namun tidak jua di temui.