Musim Kemarau Tahun 2023 Diprediksi Lebih Kering, BMKG Minta Masyarakat Tampung Hujan

Musim kemarau
Ilustrasi muslim kemarau. (Pexels)

Metaranews.co, NewsMusim kemarau tahun 2023 diprediksi BMKG akan lebih kering. Untuk mengantisipasi, masyarakat diminta untuk sebaik mungkin memanfaatkan hujan.

BMKG sendiri memprediksi musim kemarau pada tahun 2023 akan lebih kering dari tiga tahun terakhir, yakni tepatnya pada tahun 2020-2022.

Bacaan Lainnya

Dimana, pada tahun tersebut intensitas hujan juga cukup tinggi, sama seperti apa yang terjadi pada saat ini.

Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, mengatakan jika kemarau di tahun 2023 akan lebih kering dan berpotensi menyebabkan beberapa bencana seperti kebakaran hutan.

Dari pantauan terakhir BMKG, saat ini intensitas La Nina terus melemah. Hal itu terlihat dari indeks El-Nino Southern Osciliation (ENSO) 10 hari pertama Januari 2023.

El Nino dan La Nina merupakan dinamika atmosfer dan samudera yang mempengaruhi cuaca di sekitar Samudera Pasifik. Saat El Nino terjadi, musim kemarau menjadi sangat kering dan awal musim hujan terlambat.

Sedangkan saat La Nina, musim hujan akan datang lebih awal dari biasanya.
La Nina juga menyebabkan terjadinya hujan pada musim kemarau.

BMKG memprediksi kondisi tersebut akan terus berlanjut hingga akhirnya indeks menjadi netral pada Maret 2023.

Ajak Masyarakat Tampung Hujan

Musim kemarau
Ilustrasi muslim kemarau. (Pexels)

Guna mengantisipasi kekeringan yang diprediksi terjadi tahun ini. BMKG  mengajak masyarakat untuk memanen air hujan.

“Walaupun saat ini sedang hujan, kami mengimbau kepada seluruh masyarakat dan pemerintah daerah untuk mengambil tindakan memanen air hujan dengan cara menampungnya menggunakan penampungan air atau bak penampungan,” katanya di Jakarta, melansir CNN Indonesia Rabu (22/2/2023).

Nantinya, air hujan yang telah ditampung, bisa digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ketika musim kemarau tiba.

“Pada musim kemarau nanti, airnya bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari guna mengantisipasi dampak kekeringan akibat musim kemarau,” katanya.

Sektor Terdampak

Beberapa sektor yang terkena dampak kemarau seperti sumber daya air, kehutanan, pertanian dan kebencanaan, menurutnya perlu mengambil langkah antisipatif untuk meminimalisir potensi dampak kekeringan akibat kondisi curah hujan yang rendah.

Kondisi cuaca kering juga berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan. Langkah pencegahan harus dilakukan oleh semua pihak.

“Langkah pencegahan harus dilakukan oleh semua pihak terkait sebagai bentuk mitigasi dan antisipasi,” lanjutnya.

Wilayah yang Diprediksi Hujan Lebat

BMKG
Ilustrasi hujan. (Pexels)

Sementara itu, Plt Deputi Bidang Klimatologi MBKG Dodo Gunawan merinci wilayah yang diprediksi berpotensi menerima curah hujan bulanan rendah.

Pada bulan Maret, potensi hujan tinggi terjadi di bagian tengah Sulawesi Tengah.  Sementara pada bulan April, curah hujan cenderung turun di sebagian NTB, sebagian NTT, dan Sulawesi Tengah bagian tengah.

Pada bulan Mei potensi hujan dengan kategori rendah berpeluang terjadi di Sumsel bagian selatan, pantura Banten, DKI Jakarta, pantura Jabar, jateng bagian timur, sebagian besar Jatim, sebagian Bali, sebagian NTB dan sebagian NTT.

Sedangkan pada bulan Juni peluang hujan terjadi di sebagian Aceh, sebagian Sumut, sebagian Jambi, sebagian Sumsel, sebagian Lampung, sebagian Banten, DKI Jakarta, sebagian Jabar, Jateng, DIY,  Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, sebagian Kalimantan Selatan, sebagian Sulawesi Selatan, dan sebagian Papua bagian selatan.

Masyarakat juga diminta tetap menjaga kewaspadaan dari cuaca yang beberapa hari terakhir turun hujan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *