Metaranews.co, Budaya – Salah satu tradisi yang ada di Indonesia setelah Idul Fitri adalah Lebaran Ketupat. Tradisi ini masih kental di masyarakat, khususnya di Pulau Jawa yang percaya tradisi ini dipopulerkan pertama kali oleh Sunan Kalijaga.
Banyak catatan sejarah yang menuliskan awal mula munculnya tradisi ini diawali dengan penyebaran Islam di Indonesia khususnya di tanah Jawa. Ada salah satu tokoh disana yang juga punya andil menyebarkan ajaran Islam, yakni Sunan Kalijaga.
Sunan Kalijaga sebenarnya adalah seorang putra mahkota bernama Raden Mas Sahid. Namun, ia terpilih sebagai salah satu Wali di Jawa untuk menyebarkan Islam. Cara penyebaran Islam adalah dengan meleburkan ajaran agama ke dalam tradisi tanah Jawa.
Lebih lanjut, salah satu cara Raden Mas Sahid adalah dengan memperkenalkan makanan berupa ketupat. Melansir laman NU, Masyarakat Jawa percaya bahwa ketupat lebaran pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga.
Tradisi ini muncul pada zaman Wali Songo. Dimana masyarakat Nusantara sering mengadakan tradisi slametan.
Pada zaman dahulu, Sunan Kalijaga mengenalkan dua istilah, yaitu Bakda Lebaran yang merupakan tradisi berkumpul dan memaafkan setelah salat Ied.
Kedua adalah Bakda Kupat (Ketupat Lebaran) yang merupakan perayaan seminggu setelah Idul Fitri. Ketupat Lebaran diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga sebagai pelengkap puasa Ramadan. Sekaligus sebagai tanda bahwa ia telah menjalani puasa sunnah 6 hari di bulan Syawal atau Puasa Syawal.
Tradisi ini kemudian dijadikan sarana untuk mengenalkan ajaran Islam tentang cara bersyukur kepada Allah SWT, bersedekah, dan bersilaturahmi di hari lebaran
Menghimpun data dari detik, ketupat sudah dikenal sejak abad ke-15 pada masa Kerajaan Demak. Sejarawan Belanda, Hermanus Johannes de Graaf, dalam bukunya ‘Malay Annual’, menyebutkan bahwa intan pertama kali muncul di daerah Jawa, pada masa kepemimpinan Kerajaan Demak.
Saat itu, bentuk ketupat mirip dengan yang dikenal saat ini dan juga direbus dengan anyaman daun kelapa. Dalam catatan Hermanus Johannes de Graaf, kemunculan intan di masyarakat Jawa merupakan bagian dari penyebaran agama Islam yang dibawa oleh Sunan Kalijaga.
Saat itu, diketahui bahwa mayoritas penduduk di Pulau Jawa masih menganut kepercayaan agama atau disebut juga Kejawen. Kemudian ketupat tersebut digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk melakukan pendekatan dakwah dari segi kebudayaan.
Pasalnya, ketupat diyakini sebagai alat yang lebih familiar untuk pendekatan dakwah, dengan budaya Jawa yang kental saat itu. Ketupat dijadikan budaya dan filosofi Jawa yang menyatu dengan nilai-nilai Islam, sehingga terjadi akulturasi budaya di antara keduanya.
Baru setelah Islam mulai diterima secara luas, ketupat akhirnya menjadi sajian istimewa untuk perayaan Islam, seperti Idul Fitri.
Ketupat bukan hanya menjadi sarana memudahkan penyebaran Islam kalau itu. Ada makna mendalam dibalik ketupat yang waktu itu sangat kental dengan kebudayaan Jawa.
Ketupat memiliki istilah singkat berupa Kupat, yang dalam bahasa Jawa berarti Ngaku Lepat dan Ngaku Papat. Ngaku Lepat artinya mengakui kesalahan yang telah dilakukan.
Sedangkan Ngaku Papat berarti empat tindakan. Jadi, makna dibaliknya ini mengakui kesalahan yang pernah dilakukan, baik disengaja maupun tidak disengaja.
Sementara itu, makna Idul Fitri dalam bahasa Jawa memiliki arti melimpah. Sebab itu, saat Idul Fitri kita akan melihat kelimpahan ketupat dan masyarakat juga menerima berbagai rezeki melalui zakat fitrah. Itu juga menandakan kebaikan dan rasa persaudaraan yang berlimpah di hari raya.
Idul Fitri sendiri dirayakan setiap tanggal 8 Syawal setelah pelaksanaan puasa Syawal. Pada tanggal 1 Syawal, masyarakat akan memperingati Idul Fitri, momen dimana umat Islam melaksanakan shalat Idul Fitri.
Kemudian pada hari kedua, tanggal 2 Syawal sampai dengan tanggal 7 Syawal, umat Islam melaksanakan puasa sunnah bulan Syawal. Puasa ini diadakan bagi mereka yang mampu.
Kemudian, pada tanggal 8 Syawal, mereka merayakan Idul Fitri ketupat. Saat ini kita bisa melihat sajian ketupat dengan lauknya yang melimpah.