Menilik Perjuangan Perpustakaan Mastrip Pare Pertahankan Eksistensi di Tengah Gempuran Digitalisasi

Perpustakaan Mas Trip
Caption: Dio Febrika Pangestu, Sabtu (17/5/2025). Doc: M Nasrul/Metaranews.co

Metaranews.co, Kabupaten Kediri – Di tengah derasnya arus digitalisasi yang memudahkan akses informasi, perpustakaan membuktikan kemampuannya untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Tahun 2025 ini menjadi saksi bisu bagaimana eksistensi perpustakaan terus dipertahankan melalui integrasi dengan teknologi modern.

Salah satu contohnya adalah Perpustakaan Mastrip, yang berlokasi di Jalan Kerinci Nomor 2, Kelurahan/Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri.

Perpustakaan ini telah berdiri dan diresmikan sejak tahun 1989.

Koleksi buku di perpustakaan ini mencakup beragam genre, mulai dari budaya, pendidikan, biografi tokoh, hingga topik umum lainnya.

Namun, pengelola Perpustakaan Mastrip Pare, Dio Febrika Pangestu, mengungkapkan bahwa novel dan buku-buku modern menjadi primadona di kalangan pembaca.

Dio menjelaskan, bahwa mayoritas pengunjung Perpustakaan Mastrip berasal dari kalangan pelajar SMP hingga SMA.

“Sebenarnya masih banyak peminatnya, mulai dari SD dan MI, bahkan ada juga dari kalangan sekolah SLB. Namun kalau mayoritas ya SMP SMA,” ujar Dio saat ditemui, Sabtu (17/5/2025).

Menghadapi gempuran di era digital, Perpustakaan Mastrip juga telah mengadopsi sistem buku elektronik (e-book) sebagai langkah adaptasi.

Dio menuturkan, kehadiran e-book mendapatkan antusiasme yang luar biasa, bahkan cenderung mendominasi popularitas buku fisik.

“Kalau di wisma perpustakaan Mastrip ini kemungkinan pembaca buku elektroniknya ada sekitar 70-75 persen lah, kalau buku fisik sekitar 50 persen,” ungkapnya.

Pihaknya terus berupaya melakukan berbagai inovasi dan cara menarik minat pembaca, agar tidak bosan untuk terus membaca.

Langkah ini dianggap penting, mengingat potensi penurunan minat baca dan tingkat literasi di era digitalisasi sangat besar.

Dalam momentum Hari Buku Nasional ini, Dio berharap masyarakat terus menjadikan buku sebagai jendela ilmu.

“Paling tidak ya minimal setiap rumah harus ada buku bacaan lah. Kalau tidak ada, silahkan datang ke perpustakaan terdekat,” pungkasnya.

Pos terkait