Situs Adan-Adan, Peninggalan Era Kerajaan Kadiri yang Bisa Jadi Inspirasi untuk Kemajuan Kabupaten Kediri

Situs Adan-Adan
Caption: Kegiatan ekskavasi Situs Adan-Adan di Desa Adan-Adan beberapa waktu lalu. Doc: Anis/Metaranews.co

Metaranews.co, Kabupaten Kediri – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan telah melaksanakan kegiatan ekskavasi pengembangan dan pemanfaatan Situs Adan-Adan di Desa Adan-Adan, Kecamatan Gurah, beberapa waktu lalu.

Kegiatan ekskavasi itu menggandeng tim teknis dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Bacaan Lainnya

Setelah ekskavasi selesai, rencananya peninggalan era Kerajaan Kadhiri abad 10 ini akan dibuka untuk masyarakat, setelah sejak 2016 dilakukan penelitian.

“Kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya Pemerintah Kabupaten Kediri dalam memaksimalkan potensi Cagar Budaya Situs Adan-Adan, agar lebih berdaya guna bagi masyarakat Kabupaten Kediri,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri, Adi Suwignyo, Sabtu (7/1/2023).

“Sebagaimana kita ketahui, bahwa pada tahun-tahun sebelumnya penelitian telah dilakukan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, namun lebih bersifat penelitian arkeologi murni, sehingga  secara fisik hasil yang diperoleh tidak dapat merepresentasikan bentuk dan kondisi Candi Adan-Adan yang dapat disajikan kepada masyarakat,” lanjutnya.

Adi  menambahkan, tim BRIN yang diketuai Sukawati Susetya melaksanakan kajian dan rekomendasi, guna menentukan objek benda cagar budaya yang layak untuk ditampilkan kembali dan disajikan secara detil kepada masyarakat sejak tanggal 7 hingga 12 November 2022.

Dari beberapa titik objek pada Situs Adan-Adan, telah ditentukan tiga artefak yakni dua buah Arca Makara dan sebuah Arca Dwarapala, yang dapat mewakili Situs Adan-Adan secara keseluruhan.

“Penyajian tiga artefak ini kepada  masyarakat sedianya akan dilengkapi dengan narasi pada masing-masing artefak, dan storyline yang menggambarkan tentang situs Adan-Adan secara umum dan didukung prasarana pelindung berupa cungkup cagar budaya,” tutur Adi.

Masih menurut Adi, melalui penyajian tiga artefak di Situs Adan-Adan, dapat diperoleh informasi tentang sejarah, kebudayaan, arkeologi, teknologi, dan ragam seni rupa Kediri masa lalu, sehingga dapat menginspirasi untuk memajukan Kabupaten Kediri di masa depan.

“Salah satu inspirasi dari Situs Adan-Adan bagi Pemerintah Kabupaten Kediri adalah adaptasi ragam hias lidah api pada artefak Makara, yang telah memberi warna pada pakaian khas Kediri yang diciptakan pada tahun 2021 lalu,” ungkapnya

Seperti diketahui, BRIN merupakan lembaga di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

BRIN kembali melakukan penelitian arkeologi di Situs Candi Adan-Adan di Dusun Candi, Desa Adan-Adan, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri. Penelitian dilakukan sejak 2016, 2017, 2018, 2019, 2021, dan 2022.

Candi Adan-Adan adalah salah satu cagar budaya peninggalan masa Kejaraan Kadiri. Pada periode ini, jejak-jejak peninggalan arsitektural masih jarang ditemui dan meninggalkan sejumlah misteri.

Hal inilah yang mendorong para peneliti dan arkeolog untuk menelisik dan mendalaminya lebih jauh.

Kegiatan di Situs Candi Adan-Adan ini masih mengambil tema Penelitian Arkeologi Situs Candi Adan-Adan Tahap ke-5. Penelitian berlangsung pada 3 Juni hingga 16 Juni 2021. Tim peneliti terdiri dari 11 orang yang diketuai Sukawati Susetya.

Situs Adan-Adan sudah tercatat dalam laporan Belanda, yang memberitakan adanya gundukan candi berbentuk bata, dan beberapa komponen bangunan candi dari batu andesit berupa mākara, kepala kala, arca dwārāpala, dan lain-lain.

Arkeolog era konolial Belanda, J Knebel memberitakan bahwa pada tahun 1908 di halaman Kantor Kabupaten Kediri terdapat beberapa artefak yang berasal dari berbagai tempat di Kediri.

Selanjutnya, dikatakan bahwa terdapat Arca Dwārāpala yang berasal dari Candi Gempur (Candi Adan-Adan). (Knebel. J 1908, 292-293).

“Dari penelitian yang sudah dilakukan selama empat tahap (2016, 2017, 2018, dan 2019) dapat dirangkum hasilnya sebagai berikut: Candi Adan-Adan merupakan bangunan candi yang terbuat dari dua bahan, yaitu batu dan bata. Struktur candi bagian luar menggunakan batu, sedangkan batu isiannya menggunakan bata. Teknologi pembangunan seperti ini juga ditemukan pada Candi Surowono dan Candi Tegowangi, kedua candi dari periode Majapahit itu berada di Kediri,” kata Sukawati.

“Komponen bangunan candi seperti kāla, mākara, stūpa dan arca-arca dibuat menggunakan batu andesit. Sepasang mākara yang masih in situ dapat dilihat keberadaannya di Situs Candi Adan-Adan, karena berada di permukaan tanah setinggi 30 sentimeter adalah mākara yang berada di depan candi induk Adan-Adan. Sedangkan dua mākara yang lebih kecil dari sepasang mākara tersebut diduga merupakan mākara candi perwara. Di sebelah sepasang mākara tersebut terdapat arca dwārapala berdiri setinggi 2 meter,” sambungnya.

Sukawati menambahkan, temuan-temuan yang masih berada di Situs Adan-Adan di antaranya mākara, dwārapala, dan bangunan candi yang mempunyai orientasi yang sama, yaitu ke barat laut. Karena itu dapat diasumsikan bahwa Candi Adan-Adan menghadap ke barat laut.

Luas Candi diperkirakan 28 x 28 meter, atau 784 meter persegi. Hal ini didasarkan pada seperempat bagian bangunan sektor barat daya yang sudah diekskavasi. Dari pertanggalan relatif situs Candi Adan-Adan diduga dibangun sejak abad ke-10 dan ditinggalkan pada abad ke-15.

Hasil pertanggalan absolut berdasarkan uji carbon dating yang dilakukan Jasa Pelayanan Isotop dan Radiasi, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Atom Nasional, menunjukkan abad ke-4 masehi. Bisa jadi sampel arang yang diambil mewakili enam budaya jauh sebelum Candi Adan-Adan dibangun.

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, denah bangunan Candi Adan-Adan belum dapat diungkap secara lengkap, demikian juga pagar kelilingnya. Hal inilah yang menyebabkan situs Candi Adan-Adan perlu untuk terus diteliti.

Menurut Sukawati, tujuan Ilmu Arkeologi pada umumnya adalah (1) merekonstruksikan sejarah kebudayaan, (2) merekonstruksikan cara-cara hidup masa lampau, dan (3) pengkajian proses budaya (Binford 1972).

Sejalan dengan tujuan arkeologi itu, maka penelitian bertujuan untuk merekonstruksikan kebudayaan masa Hindu-Buddha pada masa klasik muda di Jawa Timur.

Rekonstruksi itu meliputi beberapa unsur kebudayaan, antara lain religi dan seni bangun. Dari rekonstruksi unsur-unsur kebudayaan tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai sejarah peradaban Hindu-Buddha di Kediri.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kebudayaan Hindu Buddha di Jawa Timur, guna melengkapi informasi yang selama ini sudah dihasilkan peneliti terdahulu.

Hasil penelitian Situs Candi Adan-Adan ini diharapkan dapat menjelaskan perkembangan arsitektur dan ikonografi masa klasik muda, dan secara lebih detil lagi menempatkannya pada periodisasi gaya seni dalam perkerangkaan candi di Indonesia.

Selain itu, diharapkan ada pengetahuan lebih mendalam tentang seni bangun candi dan gaya pemahatan arca atau ragam hias, serta pemilihan lokasi dibangunnya suatu situs.

Riwayat Penelitian Situs Adan-Adan oleh Puslitarkenas

Tahun 2016 : Survei Situs Adan-Adan dan sekitarnya. Ekskavasi terhadap temuan in situ dan non-in situ yang tampak di permukaan situs.

Tahun 2017 : Ekskavasi untuk mengetahui denah candi (struktur bangunan dan komponen bangunan candi).

Tahun 2018 : Penjaringan data dengan melakukan ekskavasi di 3 sektor: Ekskavasi terhadap struktur bangunan candi, untuk mencari sudut-sudut candi; Ekskavasi pada areal berjarak 100 dan 300 meter dari Candi Adan-Adan.

Tahun 2019 : Penjaringan data dengan melakukan ekskavasi di 3 sektor: Ekskavasi terhadap struktur bangunan candi, melanjutkan mencari sudut candi; ekskavasi pada areal berjarak 100 dan 200 meter dari Candi Adan-Adan untuk mencari pagar keliling sisi barat Candi Adan Adan; di samping itu juga melakukan survei di sekitar situs Candi Adan-Adan.

Tahun 2021 : Penjaringan data dengan melakukan ekskavasi di 3 sektor untuk mengetahui besaran Candi Adan-Adan. Melanjutkan menelusuri denah Candi Adan-Adan, pagar keliling sisi selatan; sisi timur Candi Adan-Adan; Survei di sekitar situs Candi Adan-Adan.

Tahun 2022 : Tim Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang diketuai Sukawati Susetya melaksanakan kajian dan rekomendas, guna menentukan objek  benda cagar budaya yang layak untuk ditampilkan kembali dan disajikan secara detil kepada masyarakat. Dari beberapa titik objek pada Situs Adan-adan, telah ditentukan 3 (tiga) artefak, yakni; 2 (dua) buah Arca Makara dan 1 (satu) buah Arca Dwarapala yang dapat mewakili Situs Adan-Adan secara keseluruhan.

Penyajian tiga artefak ini kepada masyarakat sedianya akan dilengkapi dengan narasi pada masing-masing artefak dan storyline yang menggambarkan tentang situs Adan-Adan secara umum, dan didukung  prasarana pelindung berupa cungkup cagar budaya.

Melalui penyajian tiga artefak di Situs Adan-Adan, dapat diperoleh informasi tentang sejarah, kebudayaan, arkeologi, teknologi, dan ragam seni rupa Kediri masa lalu, sehingga dapat menginspirasi dalam memajukan Kabupaten Kediri di masa depan.

Reporter: Imam Mubarok
Editor: Moch Hadi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *