Nasib Tragis Situs Semen, Jadi Saksi Bisu Kejayaan Kerajaan Kadiri yang Kini Kerap Banjir Saat Musim Penghujan

Situs Semen
Caption: Juru Pelestari Situs Semen, Imam Achfas (44), di Situs Semen, Desa Semen, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Doc: Anis/Metaranews.co

Metaranews.co, Kabupaten Kediri – Sejarah Kerajaan Kadiri yang eksis pada abad ke-12 menyimpan banyak misteri. Jejak-jejaknya diduga tertimbun akibat letusan Gunung Kelud dan perubahan zaman.

Dugaan itu semakin nyata dengan temuan sejumlah benda kuno di Situs Semen, yang lokasinya hanya berjarak 1,5 kilometer dari petilasan Prabu Jayabaya di Desa Semen, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Bacaan Lainnya

Situs Semen peninggalan Kerajaan Kadiri ini sebenarnya telah diekskavasi oleh BPCB sejak tahun 2009 lalu. Tapi kini kondisinya terkesan apa adanya.

Jika musim penghujan tiba, maka temuan benda kuno di Situs Semen kerab terendam banjir dampak luapan sungai di sekitarnya.

Hal itu seperti dituturkan Juru Pelestari Situs Semen, Imam Achfas (44).

“Sudah beberapa hari ini hujan deras air sungai naik, sampai di areal Arca Jaladwara,” kata Achfas saat ditemui Metaranews.co, Sabtu (11/3/2023).

Arca Jaladwara ini merupakan salah satu temuan benda kuno saat dilakukan diekskavasi pada tahun 2009 silam. Selain arca ini, dalam ekskavasi juga ditemukan benda kuno lainnya.

Miris memang, benda purbakala di Situs Semen kerap terendam banjir saat musim penghujan.

Menurut Achfas, sebenarnya telah ada perhatian Pemerintah Daerah (Pemda) kepada Situs Semen ini.

Namun, bentuk perhatian itu hanya berwujud pemeliharaan dan fasilitas di situs yang sudah didapuk sebagai cagar budaya itu.

“Termasuk pondasi jembatan (cor) itu dari dinas,” tutur dia.

Selain dari Pemda setempat, lanjut Achfas, pihak Situs Semen juga kerap menerima bantuan dari para pengunjung yang iba melihat kondisi Situs Semen.

Misalnya masalah penerangan, yang mana pihak desa disebut enggan menyalurkan listrik ke lokasi Situs Semen. Padahal jaraknya hanya 300 meter dari jalan desa.

Melihat hal itu, tutur Achfas, ada salah satu pengunjung yang iba dan memberikan bantuan panel surya untuk menerangi kawasan Situs Semen di malam hari.

Tak hanya panel surya, menurut Achfas, pihaknya juga mendapat bantuan dari pengunjung berupa bangunan fisik seperti pendapa dan cungkup spot utama Arca Jaladwara.

Ramai Pengunjung

Pengamatan Metaranews.co, kendati Situs Semen sering dalam kondisi becek akibat luapan sungai, namun masih ada saja pengunjung yang datang.

Kata Achfas, hampir setiap hari ada pengunjung yang mampir ke Situs Semen. Jumlahnya tak menentu, kadang belasan, bahkan saat ramai bisa mencapai puluhan.

“Banyak orang datang berkunjung dengan berbagai tujuan, ada yang sendiri atau mengajak keluarga untuk berwisata, ngopi, dan ritual. Namun ya tidak tentu. Paling ramai terkadang malam Jumat,” jelasnya.

Banyak temuan benda kuno di Situs Semen yang kini menjadi spot swafoto pengunjung.

Di antaranya spot yang berada di bawah cungkup utama, di mana ada dua Arca Jaladwara berbentuk naga dan Arca Linggayoni yang disertai pecahan gerabah kuno.

Tak jauh dari lokasi tersebut, ada cungkup Arca Garuda Wisnu. Kemudian di seberang sisi barat sungai ada bangunan berupa gubuk buatan, di bawahnya ada pondasi bata kuno berukuran besar.

Lalu di sisi paling timur area Situs Semen ada Cungkup Kumpulan Gerabah dan pondasi bata merah besar yang diduga sebagai saluran Petirtaan kuno.

Sementara di sebelah utara ada peninggalan sumur kuno.

“Ada yang percaya, air sumur itu dipercaya sebagai obat,” kata Achfas.

Jadi Sorotan Pegiat Sejarah

Ketua Komunitas Pelestari Sejarah dan Budhaya Kadiri (PASAK), Novi Bahrul Munib, turut menyoroti kondisi Situs Semen.

Menurut Novi, kondisi Situs Semen tak ideal. Padahal keberadaannya Situs Semen sangat penting, karena menjadi bukti nyata adanya pemukiman kuno era Kerajaan Kadiri.

“Meski sudah ada upaya dari dinas, terkait pengadaan jupel dan pembangunan jembatan. Namun hal termasuk belum maksimal, dan harus terus ditingkatkan,” tutur Novi.

Novi menyebut Situs Semen merupakan situs yang luar biasa, karena menjadi salah satu bukti dari eksistensi Kerajaan Kadiri di masa lampau.

Situs Semen sendiri berada di hamparan sawah. Novi menduga kota tua Kerajaan Kadiri terpendam di dalamnya.

“Apabila berbicara Kota Daha Kerajaan Kadiri, itu diduga berada di antara Desa Semen, Menang, sampai Katang. Di lokasi itu padat adanya, riwayat temuan benda kuno, seperti arca, gerabah, dan batu kuno,” paparnya.

Lanjut Novi, mengacu laporan Belanda, banyak sekali temuan di lokasi Situs Semen. Selain ditemukan arca berbentuk naga, juga ditemukan beberapa arca jenis lainnya seperti gentong batu dengan angka tahun beraksara kwadrad 1116 saka, zaman Raja Jayakatwang.

“Yang paling menarik adalah gentong batuan yang kini sudah hilang tidak tahu kemana,” tambahnya.

Respon Pemda

Kepala Bidang Sejarah Purbakala Disbudpar Kabupaten Kediri, Eko Prianto, mengakui besarnya temuan benda bersejarah di Situs Semen.

Sebab, benda-benda purbakala itu menjadi bukti nyata eksistensi Kerajaan Kediri di masa lalu. Oleh karenanya, peninggalan tersebut perlu dilestarikan.

“Keseluruhan cagar budaya menjadi penting untuk dilestarikan, karena dilindungi undang-undang. Hanya saja memang proses pelestarian berbeda-beda,” kata Eko.

Lebih lanjut, Eko menjelaskan, secara zonasi keberadaan Situs Semen sangat luas. Maka tidak mungkin untuk dilakukan tindakan keseluruhan zonasi.

Menurut Eko, ada pola terbaik yang akan dibentuk untuk Situs Semen. Polanya yakni berkonsep destinasi wisata budaya, dengan pembuatan spot area tertentu.

Pembuatan spot area itu dilakukan untuk menunjukkan ke masyarakat, bahwa ada arkeologi yang meriwayatkan warisan nenek moyang.

“Pola yang terbaik yaitu kita membuat pola spoting area, dispot ke titik tertentu. Seperti keberadaan Situs Adan-adan, maka menitik spot di Makara-nya. Kalau di Situs Semen, kita spot di Jaladwara dan arca wisnu naik garuda,” jelasnya.

Eko menjelaskan, pemerintah daerah sudah memberikan perhatian atas Situs Semen. Perhatian itu di antaranya penugasan dua orang juru pelestari untuk merawat area situs.

Selain itu, pemerintah daerah juga memberi perhatian dengan tambahan beberapa fasilitas seperti tiang lampu, struktur bangunan jembatan, dan pendirian musala.

“Intinya pelestarian tidak harus ke bentuk uang, bisa kompensasi kegiatan, jupel, ataupun pembebasan lahan kalau memungkinkan,” sebutnya.

Untuk pelestarian cagar budaya, kata Eko, tidak hanya bertumpu pada Pemda. Masyarakat juga memiliki peran penting untuk melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah itu.

Ia pun mengapresiasi perhatian yang diberikan masyarakat atas Situs Semen

“Sumbangan masyarakat luar biasa banyak yang tidak mau di sebutkan identitasnya,” kata dia.

Eko melanjutkan, Situs Semen dimungkinkan bakal masuk dalam pengembangan Ibu Kota Kabupaten Kediri.

“Untuk area utara SLG mulai dari Desa Menang, Totok, Kerot ke utara sampai Desa Semen, termasuk kawasan hijau dan heritage perlindungan,” papar Eko.

“Tentu akan mengarah ke sana. Namun belum mengetahui konsep besarnya seperti apa. Kita coba entah kita spot lebih cantik atau seperti apa yang bisa mendukung pengembangan itu,” pungkas Eko.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *