Sukses Ternak Burung Kenari Impor, Mantan Karyawan Percetakan di Blitar Raup Omzet Belasan Juta Per Bulan!

Burung Kenari Blitar
Caption: Yuliono alias Cak Geno, warga Kelurahan Blitar, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar, saat merawat burung kenari impor yang diternaknya, Selasa (28/5/2024). Doc: Bahtiar/Metaranews.co

Metaranews.co, Kota Blitar – Keuletan Yuliono (43) alias Cak Geno, warga Kelurahan Blitar, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar, berternak burung kenari sejak belasan tahun lalu berbuah manis.

Dengan memanfaatkan lahan seadanya di sekitar rumah, kini bapak dua anak itu bisa meraup omzet Rp 8 juta hingga Rp 15 juta per bulan dari hasil berternak burung kenari.

Bacaan Lainnya

Siang itu, Selasa (28/5/2024), puluhan burung kenari terlihat digantung dalam sangkar di dapur rumah Yuliono.

Puluhan burung kenari itu merupakan hasil penangkaran milik Yuliono. Sebagian burung kenari yang sudah dijodohkan diletakan dalam sangkar tempel di dinding samping rumah Yuliono.

Yuliono memang memanfaatkan lahan seadanya di rumah untuk berternak burung kenari. Meski berada di tempat seadanya, produksi peternakan burung kenari milik Yuliono bisa dibilang maksimal.

“Saya memanfaatkan lahan yang ada di rumah untuk ternak burung kenari. Tempat yang untuk breeding ini dulunya kamar mandi dan sumur,” kata Yuliono sambil menunjukkan lokasi ternak di samping rumahnya.

Perjalanan Yuliono berternak burung kenari cukup panjang. Mantan pekerja di percetakaan itu sempat jatuh bangun untuk berternak burung kenari.

Yuliono mulai memutuskan berternak burung sejak pertengahan 2010. Ia memutuskan resign dari pekerjaannya di percetakan untuk menekuni usaha berternak burung.

“Dulu saya kerja di percetakan, ikut orang. Lima tahun kerja di percetakan tidak ada perkembangan. Akhirnya saya keluar, ada teman menyarankan ternak burung. Kebetulan saya juga hobi burung,” ujarnya.

Awalnya ia berternak burung murai. Sedangkan berternak burung kenari hanya sebagai sampingan untuk pengganti beli pakan burung murai.

Namun justru ternak burung kenari yang berkembang. Sementara ternak burung murai miliknya malah gagal total.

Empat pasang indukan burung murai miliknya mati saat mulai produksi.

“Awalnya (ternak) murai, (ternak) kenari hanya buat sampingan, buat ganti pakan murai. Cuma lama-lama malah (ternak) kenari lebih berhasil, lebih menjanjikan. Itu (fokus ternak kenari) mulai 2011,” katanya.

Yuliono awalnya hanya memiliki tiga ekor burung kenari, dua betina dan satu jantan. Ia merasakan hasil dari ternak kenari lumayan dan menjanjikan.

“Tapi saya juga pernah rugi. Harga kenari sempat anjlok Rp 10.000 per ekor. Itu terjadi pada 2015-2018. Saya tetap bertahan ternak kenari,” ujarnya.

Pada 2019, harga burung kenari mulai naik lagi. Apalagi ketika terjadi pandemi Covid-19, harga dan permintaan burung kenari naik drastis.

Yuliono kemudian mencari tambahan modal untuk mengembangkan ternak burung kenari. Ia menjual motor dan meminjam uang di bank untuk menambah modal ternak kenari.

Modal itu untuk membeli indukan burung kenari yang bagus. Ia membeli indukan burung kenari impor dari luar negeri.

Ia mendatangkan indukan burung kenari dari beberapa negara, antara lain Turki, Portugal, dan Italia.

Harga satu ekor indukan burung kenari jantan impor sekitar Rp 5 juta, sedangkan harga satu ekor indukan burung kenari betina impor antara Rp 2 juta sampai Rp 2,5 juta. Ia memiliki 11 ekor indukan burung kenari impor, enam ekor jantan dan lima ekor betina.

“Sekarang saya memang fokus ternak burung kenari impor. Karena harganya bagus,” tuturnya.

Dari indukan kenari impor itu, sekarang Yuliono sudah memiliki hampir 50 ekor indukan burung kenari. Dari total itu, sekitar 25 ekor sampai 30 ekor merupakan indukan aktif produksi.

Dengan jumlah indukan itu, Yuliono bisa menghasilkan 40 ekor sampai 50 ekor buru kenari sekali panen Masa satu periode panen ternak burung kenari sekitar 4-5 minggu atau sekitar 35-45 hari.

“Sekali panen rata-rata bisa menetaskan 40-50 ekor burung kenari,” ujarnya.

Untuk harga jual burung kenari usia 4-5 minggu hasil ternak milik Yuliono bisa mencapai Rp 200.000 sampai Rp 2 juta per ekor.

Omzet Yuliono dari hasil ternak burung kenari rata-rata Rp 8 juta sampai Rp 15 juta tiap 40 hari.

“Kalau tiap panen dapat 40 ekor, diambil rata-rata minimal harga Rp 200.000 per ekor berarti sudah Rp 8 juta, itu minimal. Buat biaya perawatan sekitar Rp 1,5 juta per bulan. Sisanya buat ekonomi keluarga. Saat kondisi panen bagus, juga pernah dapat omzet Rp 15 juta sekali penen,” katanya.

Menurut Yuliono, saat ini harga burung kenari masih stabil. Terutama harga burung kenari hasil ternak dari indukan impor masih tetap mahal.

Pelanggan burung kenari impor biasanya para penghobi suka ikut lomba. Selain itu, juga para penghobi yang ingin belajar ternak burung kenari.

“Untuk pemasaran saya tidak bingung. Pembeli datang sendiri ke rumah. Kadang saya kewalahan melayani pembeli di rumah,” ucapnya.

Bagi Yuliono, berternak burung kenari gampang-gampang susah. Gampangnya, berternak burung kenari tidak butuh tempat luas. Selain itu, biaya perawatan ternak burung kenari juga lebih murah.

“Kendalanya cuaca, kalau cuaca terlalu panas hasilnya tidak bagus, terlalu dingin juga tidak bagus. Kendala lain hama tikus,” tutupnya.

Pos terkait