Profil Imam Suyuthi, Salah Satu Ulama yang Karyanya Banyak Dikaji di Pesantren Nusantara

Profil Imam Suyuthi
Ilustrasi Menulis (Pexels/John-Mark Smith)

Metaranews.co – Siapa yang tak kenal dengan Imam Suyuthi? Karya-karyanya melimpah, dan banyak dikaji di pondok pesantren (Ponpes) tanah air.

Imam Suyuthi dikenal sebagai pribadi as-Syakhshiyaat al-Fariidah (ulama yang berkepribadian istimewa).

Bacaan Lainnya

Nama asli Imam Suyuthi ialah Al-Hafidz Abdurrahman bin Kamal Abu Bakar bin Muhammad bin Sabiquddin Ibnul Fakhar Utsman bin Dhadhirruddin al-Hammam al-Hadhairi al-Suyuti.

Ulama kharismatik ini diberi gelar laqab dengan Jalalluddin, dan kunyah-nya Abu al-Fadhal.

Ia dilahirkan di wilayah Suyuth, Mesir, setelah Magrib pada malam Ahad pada awal bulan Rajab tahun 849 H.

Pada usia enam tahun, Imam Suyuthi sudah ditinggal wafat oleh ayahnya pada tanggal 5 Safar 855 H, dan beliau menyelesaikan hafalan Qur’an-nya pada umur sebelum delapan 8 tahun.

Setelah menghafalkan al-Qur’an, Imam Suyuthi melanjutkan belajarnya dengan menghadiri majelis ulama-ulama terkemuka pada saat itu, seperti Syekh Saifuddin al-Hanafi, Ibnu Hajar, Syekh Syihabuddin asy-Syarmasahi, Syekhul Islam al-Bulqini, Muhyiddin al-Kafiyaji, Syekh Syaraf al-Manawi, dan banyak guru lainnya.

Jika dihitung, maka total guru Imam Suyuthi diperkirakan mencapai 150 orang.

Dikarenakan banyaknya guru dan didukung dengan kecerdasan dari Imam Suyuthi sendiri, pada waktu yang relatif muda ia sudah dikenal sebagai seorang yang alim allamah.

Karya-karya Imam Suyuthi sangatlah banyak. Di antaranya kitabnya yang dikaji di pesantren mulai dari kitab al-Asybah wa an-Nadzoir, al-Itqon fi al-Ulum al-Qur’an, Tadrib ar-Rawi, Uqud al-Juman, dan seterusnya.

Sosok Imam Suyuthi memang dikenal sebagai ulama yang produktif dalam menulisakan karya dari berbagai fan ilmu. Hal itu membuktikan bahwa Imam Suyuthi adalah ulama yang mutabahhir dalam segala bidang.

Imam Suyuthi merupakan salah satu ulama yang mengikuti akidah ahlusunnah. Hal ini dapat dilihat dari karya-karya beliau yang di dalamnya ada pembelaan terhadap para sahabat nabi, yang mana dalam akidah lain ada yang mengkafirkan para sahabat.

Pada usia 40 tahun, Imam Suyuthi memutuskan untuk uzlah dan mengkhususkan waktunya untuk fokus terhadap al-Bahtsu wa at-Ta’lim (meneliti dan mengarang).

Tercatat ada kurang lebih 600 karya Imam Suyuthi yang berhasil terdata dengan macam-macam ilmu yang termuat di dalamnya.

Dengan bertambahnya usia, Imam Suyuthi tidak berpindah-pindah tempat, dan hanya berada dalam rumahnya yaitu Raudhoh al-Miqyas.

Dikisahkan, suatu hari Imam Suyuthi menderita sakit selama tujuh hari, disertai pembengkakan di tangan kiri.

Imam Suyuthi sendiri wafat pada tanggal pada hari Kamis 19 Jumadil Ula 911 H, dan dikebumikan di Husy Qousun.

Oleh: Nurdiansyah Fikri Alfani (Santri Tebuireng)*

Artikel ini sebelumnya tayang di tebuireng [dot] online dengan judul “Imam Suyuthi, Ulama Mutabahhir dan Penulis yang Produktif

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *