Gelar Halaqoh Bu Nyai Inspiratif di Kediri, PWNU Jatim Paparkan Peran Penting Perempuan dalam Pesantren

Wakil Ketua PWNU Jatim, Gus Salam bersama Nur Mukhyar (Istimewa)

Metaranews.co, Kediri – Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur menggelar Halaqoh Bu Nyai Inspiratif. Kegiatan yang diadakan di Pondok Pesantren Al-Falah, Ploso, Mojo, Kediri itu diadakan PWNU Jawa Timur untuk mengangkat kisah-kisah inspiratif dari sisi perempuan.

KH Abdussalam Shohib, Wakil Ketua PWNU Jawa Timur mengatakan, selama ini Bu Nyai hanya diasumsikan mengikuti jejak kyai la sebagai pengasuh pesantren alias mengajar ngaji.

Bacaan Lainnya

“Padahal, peran Bu Nyai itu sangat vital bagi pondok pesantren. Seperti Bu Nyai Rodliyah Djazuli, yang menjadi topik Halaqoh Bu Nyai Inspiratif #1. Beliau ini orang di balik layar hingga Ponpes Al-Falah ini menjadi besar seperti sekarang,” jelas Gus Salam. 

Dalam kegiatan itu, salah satu tokoh yang diambil sebagai Bu Nyai teladan adalah Nyai Rodliyah istri dari KH Ahmad Djazuli.

Gus Salam menyatakan, Bu Nyai Rodliyah yang tak lain cucu dari KH Mesir Durenan ini pernah berpesan pada suaminya untuk fokus mengaji.

“Dalam bahasa Indonesia kurang lebih begini: Sudah, njenengan (Anda) mengajar atau ngaji saja. Saya yang ngurusi uang saku (keuangan),” jelas kiai muda Pengasuh Pondok Pesantren Manbaul Ma’arif Denanyar, Jombang tersebut. 

Bu Nyai Rodliyah menikah dengan KH Ahmad Jadzuli pada 1930, atau lima tahun setelah Ponpes Al-Falah berdiri dalam bentuk madrasah yang pada awalnya tidak memiliki gedung, sehingga proses belajar mengajar bertempat di serambi masjid. 

“Ucapan tersebut dibuktikan oleh Bu Nyai Rodliyah, untuk memenuhi kebutuhan keluarga beliau memiliki usaha kecil-kecilan mulai berjualan sayur mayur di depan rumah, berdagang kain keliling desa dengan berjalan kaki sembari menggendong kain, dan membuka warung untuk kebutuhan santri,” tambah Gus Salam

Tidak berhenti untuk mencari nafkah bagi keluarga, Bu Nyai Rodliyah juga aktif menata organisasi kepengurusan pondok, mengurus keuangan dan anggaran belanja.

“Beliau  bisa dibilang sosok multitasking (serba bisa); sebagai ibu rumah tangga, manager, bendahara hingga keamanan pondok,” jelas Gus Salam yang mengutip buku Nyai Rodliyah Djazuli – Ummul Ma’had Al-Falah Ploso Kediri.

Sementara itu, Ketua Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Kota Kediri Nur Muhyar menjelaskan, event Halaqoh Bu Nyai Inspiratif ini adalah gagasan brilian dari PWNU Jatim, agar peran besar Ibu Nyai di pesantren-pesantren di lingkungan Nahdlatul Ulama tidak dikecilkan atau hanya istri Kiai, yang dianggap hanya bisa mengaji. 

“Faktanya pada masa penjajahan Jepang, Ibu Nyai Rodliyah bahkan pernah meminta KH Ahmad Jazuli untuk melepas atribut pemerintahan Jepang saat dipaksa menjadi camat. Karena Bu Nyai tidak mau proses belajar mengajar di pesantren terganggu. Intinya beliau (Bu Nyai) mengambil alih tugas untuk mencukupi ekonomi keluarga dan pesantren,” ungkap Nur Muhyar.

“Kami di LPNU juga menjadikan perempuan sebagai ujung tombak di pelatihan-pelatihan yang kami gelar. Jadi kalau dulu perempuan itu identik dengan urusan konsumsi, sekarang mereka adalah subjek dari pelatihan-pelatihan yang kami gelar, mulai soal manajemen keuangan, digital marketing, pengembangan UMKM dan program-program lainnya,” tutup Nur Muhyar. 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *