Metaranews.co, Jombang – Halaman Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jombang yang biasanya cukup sepi pengunjung di hari aktif, hari ini dipenuhi siswa-siswi setingkat Sekolah Dasar (SD). Yang tak biasa, mereka adalah pelajar dari sekolah Islam di Jombang, Jumat (13/1/2023).
Tak hanya berkumpul total sebanyak 80 siswa-siswi tersebut berkolaborasi membatik bersama di halaman GKI Jombang.
Diketahui kegiatan tersebut merupakan acara yang dibuat 5 sekolah, yakni SD Kristen dan SMP Kristen Petra Jombang, MTs dan MA Al-Hikam, Diwek serta MI Islamiyyah Perak Jombang, untuk mengajarkan arti toleransi kepada para pelajar.
“Upaya ini merupakan langkah konkrit mengajarkan toleransi siswa-siswi berbeda etnis dan agama untuk lebih saling mengenal dan bekerja sama,” ujar Ika Maftuhah Mustiqowati, kepala sekolah Madrasah al-Hikam Diwek.
Ika mengatakan, intoleransi perlu dicegah sejak dini. Sekolah harus berani mengambil inisiatif mempertemukan siswa-siswinya dengan kelompok lain.
Hal senada disampaikan Jecqeline Adriana, kepala sekolah SMP Kristen Petra. Ia menekankan pentingnya kemerdekaan dalam pembelajaran toleransi kepada semua siswa.
“Kan sekarang sedanga digalakkan Merdeka Belajar oleh Kemdikbud. Kita perlu menyambut baik. Pertemuan siswa-siswi Kristen-Islam adalah bagian dari hal itu,” jelasnya.
Sebelum membatik bersama, semua siswa peserta diajak menyusuri lebih dekat komplek SD Kristen Petra, termasuk gereja yang ada di dekatnya. Di sana, siswa-siswi Islam mendapat kesempatan mengetahui lebih jauh tentang kekristenan dan gereja.
Praktek membatik dilakukan secara bersama-sama. Satu kain dikerjakan 5-6 siswa-siswi berbeda agama. Mereka bersatu menghasilkan karya bersama.
“Saya senang dengan kegiatan seperti ini. Dapat teman baru dari sekolah Islam,” kata Kezia Duma, siswi kelas 7 SMP Kristen Petra. Kezia berkelompok dengan, Adinda Lathifaturrohmah, siswi MTs Al-Hikam. Keduanya saling membantu menghasilkan motif batik berkompetisi dengan kelompok lain.
Saat memberikan sambutan, Sumrambah, wakil bupati Jombang, mengapresiasi kegiatan ini sebagai upaya pendidikan progresif. Menurutnya, setiap agama mengajarkankan nilai toleransi yang perlu diimplementasikan, salah satunya, melalui kegiatan sekolah.
“Kita perlu merawat nilai toleransi yang telah diwariskan Gus Dur. Apapun identitas kita, kita adalah saudara. Kita harus bergotong royong,” papar Sumrambah.
Pada saat yang sama, Aan Anshori, aktifis GUSDURian Jombang, menyatakan kegiatan seperti ini akan terus dilaksanakan. Mempertemukan siswa antaragama adalah kunci menanamkan toleransi. Baginya toleransi tidak bisa hanya dikhotbahkan tanpa keteladanan.
Kegiatan ini juga dihadiri perwakikan Dinas Pendidikan Jombang, Kantor Kementerian Agama, dan perwakilan organisasi lintasagama di Jombang.