Strawberry Generation : Generasi Kreatif Tapi Mudah Menyerah

strawberry generation
Ilustrasi seseorang yang sedang sedih. (Pexels)

Metaranews.co, Hiburan – Kreatif namun mudah sekali menyerah? Mungkin kamu masuk dalam satu bagian dari strawberry generation.

Istilah ini awalnya muncul dari negara Taiwan, istilah ini ditujukan untuk beberapa generasi baru yang lembut seperti strawberry.

Bacaan Lainnya

Pemilihan strawberry untuk penyebutan generasi baru ini juga karena strawberry terlihat cantik dan eksotis, namun begitu diinjak atau ditekan akan mudah patah.

strawberry generation
Ilustrasi seseorang yang sedang sedih. (Pexels)

Menurut Prof Rhenald Kasali dalam bukunya dan dalam salah satu kesempatan kuliah daring melalui streaming youtube pribadinya, generasi ini adalah generasi yang penuh dengan ide-ide kreatif namun mudah menyerah dan mudah terluka.

“Kita bisa melihat definisi ini melalui halaman media sosial. Begitu banyak ide kreatif yang lahir dari anak muda, di saat yang sama juga banyak tweet-tweet galau yang menggambarkan mood yang mereka rasakan,” ucapnya, melansir channel Youtubenya, Sabtu (8/4/2023).

Prof. Renald Kasali yang mempunyai latar belakang akademisi ini berusaha untuk mengkaji fenomena tersebut agar tidak menjadi seperti fenomena melenturkan yaitu crazy rich lie dan sebagainya.

Analisis mengapa fenomena seperti ini bisa muncul dijelaskan oleh Prof. Renald bersifat kausal paling tidak karena 4 (empat) hal, yaitu :

1. Self diagnosis terlalu dini tanpa melibatkan ahlinya.

Banyak yang sekarang menjadi orang pintar. Anak muda jaman sekarang memang luar biasa, banyak informasi yang beredar di media sosial dan sebagainya dan mereka menyerapnya seperti spon yang menyerap air.

Karena cocok, mereka merasa depresi, stress bahkan depresi lalu berkata: “Ah, saya butuh kesembuhan”. Padahal alih-alih menyembuhkan, kata yang lebih tepat bagi kebanyakan orang justru “menyegarkan”.

2. Cara orang tua mendidik berkaitan dengan kondisi keluarga dimana anak dibesarkan dalam situasi yang lebih sejahtera dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

Tentu masih banyak yang hidupnya masih susah, namun tidak dipungkiri kehidupan saat ini umumnya lebih sejahtera dibandingkan beberapa dekade yang lalu.

Dibesarkan dalam keluarga sejahtera memang patut disyukuri namun juga memiliki konsekuensi untuk beberapa hal.

Dalam keluarga sejahtera, orang tua memiliki kecenderungan untuk memberikan apa yang diminta anaknya.  Kemudian orang tua biasanya mengganti waktu yang lebih sedikit dengan uang atau barang materi lainnya.

Padahal waktu tidak boleh dikompensasi, dan orang tua harus tetap memperhatikan anaknya. Hal selanjutnya adalah orang tua tidak terbiasa menghukum anak atau dalam istilah lain memberikan konsekuensi atas kesalahan anaknya.

3. Narasi orang tua yang kurang informasi.

Pada generasi sebelumnya, relatif tidak ada orang tua yang mengatakan anaknya moody (suasana hati yang relatif mudah berubah). Belakangan ini jumlah orang tua yang mengatakan anaknya moody semakin meningkat.

Ada konsekuensi penyebutan moody dari orang tua kepada anaknya, yaitu setelah anak beranjak dewasa, mereka akan dengan mudah menyebut dirinya mood swings (percayalah dengan label itu).

Banyak generasi sekarang lebih mudah lari dari kesulitan. Padahal kemenangan seseorang adalah jika dia bisa mengatasi semua kesulitan atau rintangan tersebut.  Contoh tweet mahasiswa semester 2 dapat diartikan bahwa yang bersangkutan tidak mampu melewati kesulitan yang dihadapinya dalam kehidupan kampus.

Kemudian Prof. Renald Kasali memberikan beberapa alternatif solusi atas fenomena diatas, yaitu:

Kaum muda perlu terus memperbarui literasinya. Di zaman informasi yang beredar sangat cepat ini, kita memang perlu memvalidasi kebenaran suatu informasi dengan berbagai cara, misalnya dengan membaca buku-buku yang sesuai.

Berhati-hatilah dalam melakukan diagnosa diri, hadapi situasi dengan sekuat tenaga karena ujian adalah hal yang biasa.  Hati-hati dengan jebakan media sosial.

Berhati-hatilah karena media sosial juga bisa membuat orang berubah-ubah dan menceritakan masalah yang mereka hadapi, terkadang dengan membesar-besarkan sesuatu.

Peran orang tua: orang tua harus berperan agar anaknya menjadi generasi yang lebih baik dari dirinya sendiri. Jangan terlalu memanjakan anak-anak Anda.

Berikan konsekuensi jika anak melakukan kesalahan. Mari beri anak pemahaman tentang banyak hal, bersanding dengan ilmu teori. Kesuksesan anak di masa depan bukan hanya dari pengetahuan, tetapi generasi penerus perlu eksploratif.

Peran pendidik : sebagai pendidik harus mampu mengembangkan situasi yang menyenangkan dalam pembelajaran.  Sukses dalam hidup tidak hanya berdasarkan nilai yang bisa diraih di kelas, mereka yang menang di kelas belum tentu menjadi juara dalam hidup.

Peran Generasi Muda dalam Menjawab Tantangan Zaman

Salah satu perbedaan karakteristik yang signifikan pada generasi Z (generasi di bawah milenial) dengan beberapa generasi sebelumnya adalah penguasaan teknologi.

Setiap generasi memiliki cara tersendiri dalam berekspresi baik dalam hal bekerja maupun memilih karir dalam kehidupan di masa depan. Generasi hari ini tumbuh dengan kemudahan instan yang ditawarkan oleh teknologi.

Hal ini juga membuat generasi sekarang memiliki cara yang berbeda dalam memilih dan menunjukkan bakatnya untuk menciptakan hal-hal yang bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya.

Kita bisa menghidupkan kembali beberapa tampilan media sosial dengan konten yang bermanfaat.

Generasi saat ini dipandang sebagai generasi yang santai, namun dengan kemajuan teknologi mereka dapat berkontribusi bahkan memicu perubahan.

Sobat muda yang hobby bermain Tiktok bisa menyalurkan bakatnya dalam hal pemasaran produk. Ide kreatif anak muda masa kini dapat menggeser trend promosi yang sebelumnya menggunakan poster dan media cetak lainnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *