Masyarakat Mojokerto ‘Grebeg’ Gunungan Sandal, Tradisi Unik Jelang Bulan Puasa

Tradisi jelang puasa
Tradisi Grebeg Gunungan Sandal ala Masyarakat Mojokerto. (Sumber foto by Mojokertokota.go.id)

Metaranews.co, Jawa Timur – Tradisi jelang puasa, masyarakat Mojokerto berebut gunung sandal. Tradisi ini biasa disebut roh kampung, dengan menyiapkan gunungan.

Gunungan yang ditampilkan juga tampak berbeda, biasnya ada gunungan tahu atau makanan. Kali ini tumpukan sandal jadi gunungan yang diperebutkan masyarakat.

Bacaan Lainnya

Tradisi yang kerap dilakukan jelang bulan puasa ini juga digelar dalam rangka Ruwah Desa. Warga berebut gunung berisi 1.700 pasang sandal di Lapangan Prajurit Kulon, Jalan Cinde Baru, Desa Prajurit Kulon, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto.

Tradisi jelang puasa
Tradisi Grebeg Gunungan Sandal ala Masyarakat Mojokerto. (Sumber foto by Mojokertokota.go.id)

Dipilihnya sandal karena selama ini, masyarakat di Desa Laskar Kulon dikenal sebagai pengrajin sandal. Sandal ini merupakan hasil produksi warga setempat.

Total ada 1.700 sandal yang diperebutkan warga saat ditempatkan di tengah lapangan Soldierkulon.

Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari menyebut jika ruah desa yang rutin diadakan menjelang bulan suci Ramadan ini, menggandeng para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

“Meski sudah berpindah-pindah dari desa ke kota, ternyata akar budaya tradisi ini masih sangat melekat kuat pada generasi penerus di era digital seperti sekarang ini,” ucapnya, melansir Suarajatim.id, Senin (20/3/2023).

Ning Ita menuturkan, dalam tradisi ini, ada 1.700 pasang sandal yang diberikan dari seluruh pengrajin sandal di Laskar Desa Kulon.

“Niatnya semangat kampung, bersyukur kirim doa ke leluhur jelang bulan ramadhan, lalu ada sodaqoh berupa sandal yang dibentuk seperti gunung lalu dibagikan ke masyarakat dengan cara dilombakan, jadi yang unik disini adalah,” ungkapnya.

Sebelum gunungan ribuan sandal di grebeg, terlebih dahulu dilakukan pawai budaya dengan membawa gunungan kecil sandal, jajanan pasar, buah-buahan, polo-pendem, dan sayur mayur.

Para peserta pawai juga mengenakan pakaian adat yang menambah suasana tradisi turun temurun ini.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *