Menapaki Jejak Masjid Ampel, Saksi Sejarah Syiar Islam di Tanah Jawa

Masjid Ampel
Salah satu aktivitas pengajian di Masjid Ampel Surabaya. (Sumber foto by Instagram @Masjid Ampel)

Metaranews.co, Jawa Timur – Siapa yang tidak mengetahui keberadaan Masjid Ampel ? terutama bagi umat muslim, tempat ini sering dikunjungi, dengan tujuan untuk ziarah.

Berada di Surabaya, Jawa Timur, siapapun umat muslim yang ingin melaksanakan ziarah wali, lokasi yang selalu menjadi rujukan yakni Ampel, Surabaya.

Bacaan Lainnya

Masjid Ampel merupakan salah satu saksi sejarah penyebaran Islam di Jawa Timur, tepat di belakang Masjid Ampel terdapat kompleks makam Sunan Ampel.

Masjid Ampel
Salah satu aktivitas pengajian di Masjid Ampel Surabaya. (Sumber foto by Instagram @Masjid Ampel)

Ada juga perkampungan Arab yang sebagian besar orang yang tinggal di kampung Arab adalah orang-orang keturunan Arab, Yaman, dan Tionghoa.

Mereka telah menetap di kampung Arab selama ratusan tahun untuk berdagang. Senada dengan sejarah awal kedatanganya, sampai hari ini, di lokasi wisata religi Sunan Ampel juga banyak para pedagang yang menjajakan dagangannya.

Saat ini, terlebih datangnya bulan Ramadan, membuat Masjid Ampel di Surabaya lebih banyak dikunjungi jamaah, maupun masyarakat yang ingin beribadah di sana. Biasanya pengunjung bahkan bisa meningkat sekitar dua kali lipat, atau mencapai sekitar 2.000 orang.

Jumlah pengunjung akan meningkat saat maleman. Maleman jatuh pada tanggal 21, 23, 25, 27 dan 29 Ramadan. Saat itu, jumlah pengunjung bisa mencapai puluhan ribu orang.

Mereka tidak hanya datang dari wisatawan domestik, tetapi juga wisatawan mancanegara, antara lain Belanda, China, Arab Saudi, Malaysia, dan lain-lain.

Melansir Tirto, Masjid Ampel merupakan salah satu tempat ibadah umat Islam tertua di Pulau Jawa yang terletak di Kota Surabaya, Jawa Timur.

Dibangun pada abad ke-15 M, masjid yang didirikan oleh Sunan Ampel ini memiliki sejarah dan gaya arsitektur yang khas.

Melansir catatan Eko Sulistyo dalam “Bentuk Sinkretisme Jawa-Islam di Masjid Sunan Ampel Surabaya” yang dimuat dalam jurnal Mozaik (Vol. 15, No. 1, 2015: 3), Masjid Ampel menjadi titik tolak  penyebaran Islam di tanah Jawa saat berdirinya Kesultanan Demak.

Pendiri masjid ini adalah Sunan Ampel. Seorang wali yang masuk dalam jajaran Wali Songo, merupakan tokoh yang menyebarkan Islam khususnya di tanah Jawa.

Masjid Sunan Ampel di Bangun pada tahun 1421 ini telah ditetapkan Pemerintah Kota Surabaya sebagai tempat wisata religi sejak tahun 1972.

Hingga hari ini, wisata religi ini selalu menjadi pilihan utama para peziarah yang ingin memanjatkan doa untuk para wali. Dibalik itu, ada sejarah dibalik pendirian masjid ini.

Sejarah masjid ini tak lepas dari nama tokoh yang memprakarsai pembangunannya. Nama asli tokoh tersebut adalah Raden Muhammad Ali Rahmatullah atau Raden Rahmat yang kemudian dikenal dengan nama Sunan Ampel.

Tepatnya pada abad ke-15 M, Sunan Ampel mengemban tugas dakwah Islam di tanah Jawa, karena pengaruh Kerajaan Majapahit yang dulunya merupakan kerajaan Hindu-Buddha terbesar mulai melemah.

Raden Rahmat diberi tempat tinggal oleh Majapahit. Saat itu, Majapahit tidak mempermasalahkan kehadiran Islam sebagai ajaran baru di wilayahnya.

Tempat itu diberi nama Ampeldenta dan menjadi lokasi penyebaran Islam pertama Raden Rahmat. Dari sinilah ia mendapat julukan Sunan Ampel berdasarkan nama tempat pertama kali ia menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa.

Saat itu, pemerintah Majapahit memberikan tugas kepada Raden Rahmat untuk mendidik akhlak para bangsawan dan rakyat Majapahit. Ia diberi tanah seluas 12 hektar di Ampeldenta.

Di sanalah ia memulai dakwah Islamnya sebelum menyebar ke daerah lain di Pulau Jawa. Dia juga mendapat nama Sunan Ampel.

Sunan Ampel mendirikan masjid di kawasan Ampeldenta pada tahun 1421 bersama dua orang temannya, Mbah Sholeh dan Mbah Sonhaji, serta murid-muridnya.

Masjid ini juga menjadi titik awal penyebaran Islam di Jawa, seiring dengan melemahnya pengaruh Majapahit, kerajaan Hindu-Buddha terbesar, dan berdirinya Kesultanan Demak.

Selain membangun masjid, Sunan Ampel juga membangun Pesantren Ampel.  Sayangnya, tidak ada literatur yang jelas siapa yang bertanggung jawab mengelola masjid setelah Sunan Ampel wafat. Baru sekitar tahun 1970 dibentuk nadzir untuk mengelola masjid ini.

Nadzir pertama adalah almarhum KH Muhammad bin Yusuf, kemudian digantikan oleh KH Nawai Muhammad hingga tahun 1998.

Saat itu, meski nadzir Masjid Sunan Ampel belum resmi terbentuk, namun pengelolaan masjid dilakukan oleh KH Ubaidilah. Sedangkan Ketua Takmir Masjid adalah H. Mohammad Azmi Nawawi.

Selama perjalanannya, salah satu tempat wisata religi di Indonesia ini pernah mengalami beberapa kali perluasan. Adipati Aryo Cokronegoro merupakan pejabat pertama yang melakukan perluasan dengan menambah bangunan di sebelah utara masjid.

Kemudian Bupati Adipati Raden Aryo Nitiadiningrat memperluasnya menjadi 22,70X50,55 meter pada tahun 1926.

Masjid Sunan Ampel kembali diperluas pada tahun 1954 yang dilakukan oleh KH Manaf Murtadho. Dia memperluas masjid menjadi ukuran 25,70X50 meter. Hingga saat ini luasnya sekitar 4.000 meter persegi.

Jejak sejarah syiar Islam bisa begitu mudah ditemukan. Pertanda, jika dahulu kala, para tokoh berjuang untuk berdakwah menyebarkan agama yang kini mayoritas dianut oleh masyarakat Indonesia ini.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *